My Friendster (www.sasmiyanti.co.cc)

Selasa, Mei 06, 2008

0

Nurrahmi Wanita Cantik


Namanya adalah Nurrahmi biasa dipanggil Ami. Wanita berusia 29 tahun itu telah dikarunia seorang anak berusia 3 tahun. Meski telah menjadi seorang istri Ami nampak masih seperti seorang wanita lajang dikarenakan postur tubuhnya yang tetap sintal dan tidak ada tanda-tanda kendor di bagian-bagian tubuhnya sebagaimana kebanyakan wanita-wanita yang telah mempunyai anak. Terlebih lagi bibir sensual dan tubuh sekal yang dimilikinya menjadikan daya tarik tersendiri (sex appeal) yang membuat banyak laki-laki berangan-angan bagaimana rasanya mencium bibir sexy itu atau mendekap tubuh sintalnya. Suaminya yang seorang wiraswasta itu sangat beruntung sekali mempunyai istri seperti Ami yang mempunyai perhatian lebih terhadap penampilan. Hal ini memang berkaitan erat dengan pekerjaan Ami sebagai seorang PR di sebuah bank swasta.


Semenjak bekerja di bank tersebut Ami mempunyai jalan karir yang cukup cemerlang karena hanya dalam tempo beberapa tahun saja sejak diterima untuk bekerja di bank tersebut dia telah menempati posisi sebagai Senior PR. Sifat supelnya itulah yang menyebabkan dia banyak disukai orang termasuk oleh para customer bank tempat dia bekerja. Posisi sebagai PR senior menyebabkan Ami sering dipindah tugaskan ke cabang-cabang untuk memberikan training kepada para PR junior.

Hari ini Ami bergegas bangun. Waktu telah menunjukkan pukul 6 pagi. Senin pukul 9 ia punya jadwal bertemu dengan Dirut bank serta beberapa koleganya yang berminat untuk melakukan investasi pada bank tempat Ami bekerja. Ami merasa semua telah siap karena bahan-bahan yang harus dia presentasikan telah dia tata dengan seksama pada hari Minggu kemarin. Dia bangkit dari tempat tidur kemudian segera mengambil handuk mandi. Sebelum masuk ke kamar mandi dia menuju ke meja telepon terlebih dahulu. Setelah memutar nomor yang dia kehendaki lantas terjadilah percakapan

“Mas dimana…..?”

“Masih di kota Banda”….Terdengar suara sesorang menjawab dari speaker telepon.

Hari itu suami Ami memang berada di kota lain untuk kepentingan bisnis. Sebagai wiraswasta pemula suaminya memang harus bepergian ke sana ke mari dalam rangka membangun bisnisnya,

“Hari ini aku akan berjumpa investor mas, do’ain berhasil yach….” Ami berkata.

“Ok. Semoga sukses sayang. Mas akan pulang 3 hari lagi. Nanti kita ajak anak kita Yasmin jalan-jalan setelah saya pulang…..” timpal suaminya.

“Ok dech. Aku mandi dulu sampai ketemu ya sayang mmmuuuaahhhh…..”

Ami berkata lagi dan setelah pembicaraan singkat dia mematikan speaker telepon dan begegas masuk ke kamar mandi.

Waktu telah menunjukkan pukul 7 pagi dan Ami telah siap berangkat. Dari rumah menuju kantor membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Seperti biasa faktor macet kota Jakarta adalah kendala utama dalam menempuh perjalanan dalam kota. Ami harus berangkat agak pagian karena harus menitipkan Yasmin anaknya terlebih dahulu kepada mertuanya. Segala keperluan untuk Yasmin telah dia siapkan sehingga dengan nyaman dia dapat meninggalkan anaknya menuju kantor. Sampai di kantor sekitar 8:30 Ami segera menemui Dirut bank tersebut untuk berdiskusi pendek mengenai poin-poin penting yang akan dibicarakan dalam pertemuan bisnis nanti. Pak Johan, demikian nama Dirut bank tersebut yang berusia sekitar 45 tahun, mempersilakan Ami masuk ke ruang kerjanya. Semenjak Ami duduk di ruang tamu tempat kerjanya pandangan Pak Johan tidak henti-hentinya menatap kepada Ami. Rupa-rupanya Pak Johan terkesiap dengan kecantikan Ami pada hari itu yang mengenakan official cap bank berwarna merah. Kulitnya yang kuning langsat itu memang sesuai dengan warna seragam yang Ami kenakan. Rok sedikit di atas lutut itu semakin mempertontonkan sebagian paha mulus Ami ketika duduk. Pak Johan sesekali melirik ke arah paha mulus tersebut ketika sedang berbicara.

“Begini Ami…konsorsium pengusaha dari asia afrika akan datang. Mereka adalah calon investor bank kita. Seperti yang telah kau ketahui bank kita mengalami goncangan karena isu kenaikan dolar. Banyak nasabah yang melakukan rush. Oleh sebab itu ini adalah kesempatan untuk menstabilkan kondisi bank kita”

“Baik Pak nanti akan saya paparkan mengenai bank kita serta peluang-peluang yang ada….” Sahut Ami.

Setelah briefing selama 15 menit Ami keluar dari ruangan Pak Johan. Dalam hati Ami berkata ternyata boss-nya agak mata keranjang juga.

Tepat pukul 9 tamu dari konsorsium pengusaha asia afrika datang. Mereka ada 4 orang. Dua orang jelas dari afrika karena kulit hitam legamnya sedangkan dua orang lagi dari timur tengah dan India. Mereka diterima langsung oleh pak Johan dan diajak masuk ke dalam ruang meeting. Sekitar 5 menit kemudian Ami datang ke ruangan tersebut dan pak Johan memperkenalkan merakan kepadanya.

“Well my fellows this is Ami my gorgeous PR of this company”……demikian pak Johan berkata yang lansung di sambut dengan senyum oleh para tamunya.

“Asamoah…glad to see you” kata seseorang yang berasal dari Afrika.

“Glad to see you too Mr. Asamoh” jawab Ami.

Demikian pula 3 orang yang lain masing-masing memperkenalkan diri pada Ami. Mereka adalah Geremi seorang Afrika pula, Jabeer dari Timur Tengah, serta Maher dari India. Asmoah dan Geremi berusia sama yakni 40 tahun sedangkan Jabeer dan Maher masing-masing 37 dan 35 tahun. Keempatnya memiliki postur tubuh tinggi, tidak kurang dari 170 cm.

Selanjutnya acara presentasi di mulai. Ami sedikit canggung membawakan presentasi dalam bahasa inggris karena baru pertama kali dia membawakannya. Tetapi kecanggungannya itu semakin mempercantik wajahnya yang bersemu merah ketika dia sedikit kesulitan untuk mencari suatu kata yang dipandang tepat untuk dia ucapkan dan mudah dipahami oleh para tamunya. Untunglah Pak Johan yang fasih berbahasa inggris itu banyak membantu untuk menjelaskan hal-hal yang dipandang perlu untuk dibuat detail sehingga para tamu benar-benar memahami apa yang dimaksud oleh Ami. Setelah presentasi selama 30 menit kemudian dilanjutkan diskusi hingga acara makan siang di bank tersebut. Setelah acara makan siang itu pertemuan direncanakan untuk dilanjutkan pada sore hari setelah konsorsium itu mengadakan pembicaraan tersendiri.

Waktu telah menunjukkan 4 sore. Hari ini Ami beserta Pak Johan dan tamunya akan ke puncak untuk mendapatkan keputusan para investor. Di puncak mereka akan mengadakan meeting di villa milik Hendarso seorang usahawan perkebunan. Hendarso yang berusia 42 tahun itu adalah teman dekat Johan. Meski usianya sudah menuju setengah abad tetapi penampilannya masih mengikuti trend anak muda termasuk menggunakan satu tindik di telinganya. Badannyapun masih kelihatan kekar. Tingginya sekitar 168 cm satu senti di bawah Pak Johan. Johan telah memberitahunya kalo dia akan ke villanya bersama tamunya.

Pukul 6:30 petang mereka sampai di Villa dan disambut oleh Hendarso. Ami memberi tahu mertuanya kalau dia akan pulang malam karena urusan kantor. Setelah beristirahat sejenak pembicaraan langsung mengarah ke persoalan semula. Konsorsium menyetujui untuk melakukan investasi di bank tempat Ami bekerja. Pak Johan sungguh gembira mendengar hal ini. Kemudian dia berkata pelan kepada Ami kalo posisinya akan dipromosikan menjadi Asisten Manager. Tentu saja Ami sangat senang mendengar hal ini. Selanjutnya Asamoah mendekati Pak Johan sambil berbisik sesuatu. Terlihat kening Pak Johan berkerut tetapi kemudian, setelah memberikan kedipan mata kepada Hendarso, dengan tersenyum dia mendekati Ami.

“Ehm…. Begini Ami untuk merayakan kesuksesan ini kita akan mengadakan pesta”

“Pesta apa pak” tanya Ami…..

Belum menjawab pertanyaan Ami, Pak Hendarso bangkit dari tempat duduknya dan segera mendekati Ami yang berdiri di dekat Pak Johan. Serta merta Pak Hendarso memeluk Ami dari belakang yang lansung membuatnya kaget setengah mati.

“Aaadd……ada apa ini pak?”

Suara Ami bergetar, menandakan ada ketegangan dalam batinnya. Secara reflek dia melepaskan diri dari pelukan Pak Hendarso. Pak Johan menjawab

“Tidak ada apa-apa Ami….” Sambil tersenyum Pak Johan melanjutkan perkataannya

“Kami hanya ingin berpesta denganmu”

“Iya kami ingin menikmatimu” timpal Pak Hendarso dengan cepat

“Aapp…Apa maksudnya?” Ami masih bertanya dengan suara bergetar

“Ehmm…maksudnya…Lets do what you want guys..” Sorak Pak Hendarso

“Lets play friends, lets enjoy her nice body” jawab Geremi segera.

Keempat pria besar tersebut berjalan mendekati Ami yang kelihatan ketakutan.

“Tolong pak,….apa maksudnya semua ini?” Suara Ami semakin bergetar.

“Lets play honey I want fuck your pussy” Geremi berkata sambil memegang dagu Ami.

Tiba-tiba terdengar suara “Plak”. Rupanya Ami menampar Geremi yang bersikap kurang ajar kepadanya. Sejenak Geremi terkejut dengan tamparan Ami. Namun hanya dalam hitungan detik kemudian dia langsung mendekap ami dan mendorongnya ke sofa. Ami yang tidak siap tersebut terjatuh di sofa dan Geremi langsung menindihnya.

“Aaaa……tttooollooong” jerit Ami.

Geremi berusaha untuk mencium Ami. Tangan kirinyanya menjambak rambut Ami dari belakang agar tidak dapat menoleh ke kanan dan ke kiri berusaha menghindar ciumannya. Tangan kanan Geremi pun tidak kalah garangnya meremas buah dada Ami berukuran 34B itu dengan kasar.

“Ttooollong……tolong saya pak Johan” Jerit Ami.

Pak Johan hanya terlihat menyeringai. Tatapan matanyapun mulai memerah menandakan unsur birahi mulai menyelimuti dirinya. Apalagi melihat Ami yang meronta-ronta dalam dekapan Geremi sehingga rok merahnya tersingkap dan memperlihatkan paha mulusnya. Celana dalamnya yang berwarna ungu itupun sesekali terlihat dalam rontaannya dalam usaha melepaskan diri dari tindihan Geremi. Meskipun Geremi berbadan besar tetapi dia merasa kesulitan untuk menjinakkan Ami.

“Hold her hands guys…” serunya.

Dengan cepat Asamoah dendekati sofa dan memegang kedua tangan Ami dan menahan di atas kepalanya sehingga Ami tidak bisa lagi untuk berusaha mendorong tubuh Geremi yang menggumulinya. Tanpa disuruh Jabeer dan Maher membantu memegang kaki Ami sehingga sekarang Ami-pun tidak bisa untuk berusaha menendang. Posisi Ami dibuat terlentang di atas sofa, hanya sedikit bergesar ke kanan dan kiri-lah yang ia bisa lakukan. Dengan kedua tangannya Geremi menahan kepala Ami dan mencium bibir sensualnya dengan kasar.

“MMMmmhhhhhhhh……….”

Ami tidak bisa berteriak. Suaranya seperti orang bergumam. Sejenak Geremi melepaskan ciumannya. Kesempatan ini digunakan Ami untuk berteriak

“Baaaanggggssaaatttttthhhmmmmmm”….

Suaranya kembali tertahan ketika Geremi kembali melumat bibirnya. Lidah Geremi bermain-main di dalam ronga mulut Ami. Ami mulai terlihat menangis karena merasa tidak berdaya. Air matanya meleleh membasahi pipinya yang mulus. Tiba-tiba Geremi bangkit dari tubuh Ami, sedangkan tiga orang temannya masih tetap memegangi kaki dan tangan Ami dengan kuat. Pak Hendarso yang sedari tadi menonton berjalan mendekati sofa. Ditangannya tertenteng sebuah handycam. Rupanya dia berminat untuk merekan adegan pemerkosaan itu. Setelah meng”on”kan handycam-nya dia mulai merekam keadaan Ami yang terlentang sambil dipegangi tangan dan kakinya.

“Pak Hendar….ttoolong lepaskan saya” Ami menghiba dan menangis.

Pak Hendarso tidak menjawab. Dia masih asik terus merekam gambar Ami mulai meng-closeup wajahnya, bagian dadanya, kakinya bahkan berusaha untuk merekam bagian dalam rok Ami yang tersingkap ke atas. Di bagian layar monitor itu nampak jelas celana dalam Ami yang berwarna ungu.

“Pak Johan…tolong saya pak, jangan lakukan ini pada saya” Ami terus menghiba.

Pak Johan hanya terus menyeringai menonton adegan Ami direkam.


---

---

SCENE 2

Geremi yang tadi bangkit dari tubuh Ami telah melepas baju bagian atasnya. Kelihatan sekali tubuh kekarnya, mirip dengan petinju Mike Tyson. Handycam diarahkan ke Geremi yang kembali mendekati tubuh Ami. Kedua tangan Geremi menuju ke arah bagian atas baju putih yang dikenakan Ami. Amipun mulai panik.

“Jjjaangaannnn……nnoooooo” jeritnya.

Tiba-tiba terdengar “Sssshhreeekkkkk” suara kain robek. Geremi membetot baju Ami yang menyebabkan kancing-kancingnya terlontar entah kemana. Nampak bagian dada Ami dengan BH warna hitam yang ia kenakan. Ami semakin menjerit-jerit panik. Hatinya semakin ciut manakala terbayang bahwa tubuhnya akan dijadikan piala bergilir oleh 4 orang asing dan 2 orang pribumi. Hendarso yang sedari tadi merekam gambar mengarahkan lensanya ke bagian dada Ami. Tak lama kemudian BH itupun telah putus ditarik oleh Geremi. Kedua tangan Geremi dengan kasar meremas buah dada Ami.

“Aaaddduhhhhh……..tttttttt”

“Jaaannggaaannnnn..”

“Noooo ….please” Ami berteriak memaki sambil menangis.

Namun kesemua 6 orang yang ada di ruangan itu hanya tertawa. Meski ukurannya hanya 34B tetapi Geremi dapat merasakan kekenyalan dua gunung kembar itu. Dia terus meremas dan memilin puting payudara Ami tanpa menghiraukan tangisan Ami. Kemudian Geremi juga menyedot-nyedot kedua susu Ami yang berwarna putih mulus itu. Setelah puas memainkan payudara Ami, Geremi bangkit lagi dan melepas celana panjang berikut celana dalam yang ia kenakan. Nampak penis pria negro itu yang sudah menegang. Ukurannya luar biasa dibandingkan milik kebanyakan pria pribumi. Melihat Geremi telanjang Ami menjerit

“Aaaaaaaaaa……tidaaaakkkkkk……nooooooooo please”

Tanpa banyak buang waktu Geremi mencari belahan rok Ami.

“Ssrreeeeetttt” maka sobeklah rok yang Ami kenakan.

“Bangsaaatt……..jangan lakukan itu padaku” jerit Ami.

Kemudian celana dalam warna ungu itupun telah robek ditarik paksa oleh Geremi.

“Jaaangaaannnnnnnnnnnnnnnn…ttttooooolllongggggggg”

Kini tubuh Ami bagian pinggang ke bawah tanpa sehelai benangpun. Hanya baju putih serta official cap warna merah yang ia kenakan. Itupun kondisinya telah terbuka berantakan memperlihatkan dua gunung kembarnya yang mungil.

“Aaggghhrrrrrrr….” Tiba-tiba Ami menjerit.

Rupanya Geremi telah mengoral vagina Ami yang terbuka. Kaki Ami dibuat mengangkang sehingga Geremi semakin leluasa mempermainkan vagina Ami. Ami terus menangis dan merasa sangat malu karena bagian-bagin tubuhnya yang selama ini dia rahasiakan telah terbuka dengan jelas dan dipelototi oleh 5 orang lainnya yang sedari tadi memperhatikan apa yang dilakukan oleh Geremi. Nafsu birahi semakin membelenggu mereka.

Selama 5 menit Geremi mengoral vagina Ami. Kemudian dia bangkit dan memposisikan dirinya tepat dihadapan Ami yang terlentang tak berdaya. Penisnya sungguh besar. Ukuran dan warnanya yang hitam membuat Ami merasa sangat ketakutan.

“Now lets fuck your nice pussy dear…….” Geremi berkata.

“Nnnooooo….please don’t do that…..” Ami menghiba lagi.

Tiba-tiba terdengar lolongan Ami yang menyayat

“Aaaaggggggghhhhhhhhrrrrrrrrr…….aaaaaaaaaaaaaaaaaa aaa”

Tanpa basa basi Geremi memasukkan penisnya yang besar ke dalam vagina Ami. Ukurannya yang super itu membuat dia kesulitan untuk melewati rongga kenikmatan Ami. Meski baru bagian kepala penis saja yang masuk namun terlihat sekali wajah Ami yang kesakitan. Bagi Ami belum pernah benda sebesar milik pria negro yang sedang memperkosanya itu masuk ke dalam liang kewanitaannya. Milik suaminya tidaklah sebesar ukuran pria negro itu. Geremi terlihat tersenyum nikmat. Baginya wanita asia seperti Ami dengan tingginya hanya 156 cm seolah-olah bersenggama dengan gadis perawan. Geremi terus memajukan penisnya. Tiap gerakan masuk ke dalam vaginanya terdengarlah jeritan Ami yang kesakitan. Ketika setengah penis sudah masuk nampak darah mengalir keluar. Jelas bukan darah perawan karena Ami sudah punya seorang anak. Rupanya ukuran vaginanya yang sempit menorehkan luka di liang senggamanya akibat pemaksaan yang dilakukan oleh Geremi. Darah menetes membasahi sofa. Pak Hendarso terus merekam kejadian itu dan tak lupa meng-closeup darah yang menetes dari vagina Ami.

Ami merasakan perih yang luar biasa pada vaginanya. Dia tahu kalo pasti ada yang luka disana. Nyeri luar biasa juga ia rasakan. Ami hanya mengigit bibir bawahnya ketika pelan tetapi pasti penis Geremi menerobos vaginanya. Setelah setengah penisnya masuk tiba-tiba Geremi dengan kasar mendorong tubuhnya sehingga seluruh penisnya masuk dalam liang kewanitaan Ami.

“Aadddduuuhhhhhhhhhhh…..aaaaaagggghhhhrrrrrrrrr” Ami melolong lebih keras dari sebelumnya. Vaginanya terasa robek dengan kekasaran Geremi. Kini Geremi memompa penisnya ke luar masuk liang senggama Ami. Setiap gerakan maju mundur dibarengi dengan jeritan-jeritan kesakitan Ami yang terdengar sungguh memelas. Tetapi bagi ke 6 orang yang ada di ruangan itu suara jeritan kesakitan Ami semakin meningkatkan gairah birahi mereka. Semakin tidak sabar pula mereka menanti giliran untuk menikmati tubuh sekal Ami.

Sepuluh menit kemudian terlihat tanda-tanda Geremi akan mencapai klimaks. Geremi semakin brutal memaju mundurkan penisnya sampai nampak tubuh Ami yang tersodok-sodok. Semakin terdengar pilu jeritan kesakitan Ami. Akhirnya tuntaslah sudah. Geremi menekan tubuhnya sampai dirasakannya mentok dalam liang kewanitaan Ami. Nampak cairan putih dan merah jambu keluar dari vagina Ami. Sperma yang bercampur darah itupun turut membasahi sofa. Satu menit kemudian Geremi bangkit dari atas tubuh Ami. Dipandangnya wajah Ami yang basah oleh air mata dengan senyuman kepuasan.

“Very delicious pussy…so tight….I’ve gotten to heaven” demikian kata Geremi.

Dua orang yang memegang kaki Ami, yakni Jabeer dan Maher tersenyum mendengarnya. Nampak jakun Maher bergerak-gerak menandakan birahinya sudah mulai memuncak. Geremi bangkit meninggalkan sofa dan duduk di kursi lain dekat dengan Pak Johan yang sedari tadi sambil merokok mengikuti proses perkosaan atas diri Ami. Maher yang sudah bersiap-siap menggantikan Geremi untuk memperkosa Ami tiba-tiba dihalangi oleh Pak hendarso

“Wait wait wait wait………..”

“I want to close up her pussy now” demikian kata Pak Hendarso sambil mengarahkan handycamnya ke vagina Ami yang terbuka lebar. Nampak disana ada semacam robekan mengarah ke anus Ami. Rupanya robekan daging itulah yang mengeluarkan darah akibat besarnya ukuran penis Geremi. Setelah merekam selama satu menit pak Hendarso mempersilakan Maher untuk memenuhi hasrat mengerjai tubuh Ami. Ami berusaha meronta lagi tetapi rasa nyeri dan perih di vaginanya menyebabkan usahanya sia-sia. Maher yang telah telanjang bulat itu segara mengarahkan penisnya ke vagina Ami.

“Aadduuuhhhhh……ssssaaaaakkkkiiitttttttttt” jerit Ami.

Penis pria India itu memang tidak sebesar milik Geremi, tetapi ukurannya tetap lebih besar daripada kebanyakan pria pribumi. Jelas luka pertama akibat pemaksaan yang dilakukan oleh Geremi itulah yang membuat sodokan-sodokan Maher semakin membuat Ami menderita. Ami kini hanya bisa mengluarkan lenguhan-lenguhan yang terdengar erotis bagi para pemerkosanya.

Dua pria temannya, Asamoah dan Jaber, tidak sabar lagi menanti giliran. Mereka melepaskan pegangannya terhadap tubuh Ami dan menelanjangi diri mereka sendiri.

“Lets play 4P man…..” Asamoah berkata.

Maher yang sedang asik memompa tubuhnya di atas tubuh Ami paham atas keinginan teman-temannya. Dia segera membuat gerakan menjadi posisi duduk di atas sofa sedangkan Ami berada di atas tubuhnya. Maher memompa dari bawah. Jaber berjalan ke arah belakang sofa dan menarik kepala Ami hingga dagunya tepat di atas sandaran kursi sofa. Jaber mengarahkan penisnya yang juga berukuran besar, khas orang Timur Tengah” ke mulut Ami. Ami berusaha mengelak meski Jaber terus menempelkan kepala penisnya pada bibir sensualnya dan berusaha mendorongnya masuk. Tiba-tiba dari belakang terasa ada benda tumpul yang menempel di duburnya. Serta merta Ami menoleh dan melihat Asamoah berada di belakangnya sambil memegangi penisnya yang sama besar dengan milik Geremi ke arah anusnya. Ami terlihat panik dan sangat ketakutan.

“Noooooo…..please don’t do that”……..

“Pak Johan tolong saya pak Johan. Saya tidak mau disodomi”….

Ami terus berusaha meronta.

Tetapi Maher yang ada dibawahnya terus menahan tubuhnya agar tidak bisa bangkit. Posisi Ami yang agak menjorok ke depan membuat nampak semakin menggairahkan. Pak Johan yang sedari tadi menonton bergegas beranjak dari duduknya dan menuju ke arah sofa. Ami berharap Pak Johan menolongnya. Tetapi harapan Ami hanyalah tinggal harapan. Pak Johan malah membantu Asamoah yang akan melakukan sodomi atas tubuh Ami dengan cara membuka bongkahan pantat Ami sehingga lubang anusnya pun semakin terlihat jelas. Ami berusaha keras bangkit dengan kedua tangannya yang bebas. Gerakan rontaan itu membuat susah Asamoah mengarahkan penisnya dengan tepat ke arah lubang dubur Ami. Jabeer segera berinisiatif menahan kedua tangan Ami di atas sandaran sofa sehingga seluruh tubuh Ami kini ditopang oleh Maher yang ada di bawahnya. Di bawah Maher merasakan lembutnya buah dada Ami yang kenyal. Kini belahan pantat Ami yang terbuka lebar oleh kedua tangan Pak Johan siap ditembus oleh penis besar Asamoah.

“Jangaaannn…..jangaannn…… di situ….lepaskan saya Pak Johan”

“Noooo…please….don’t fuck my ass pleaazzzeeeeee…” Ami merintih.

Asamoah tidak peduli dengan rintihan Ami. Setelah melumasi penisnya dengan baby oil Asamoah siap melakukan penetrasi ke dubur Ami.

“heegghhhhh……aaaagggggggghhhhhrrrrrrrrrrr…aaaaaaaa aaddduuuuuhhhhhhhhhhh……”

“Saakiitttttttttttttttttttttttttttttttttttttt…………… ..’

Ami menjerit melolong ketika dengan kasar Asamoah memasukkan penis berukuran besar miliknya ke dalam duburnya. Pak Hendarso merekam adegan sodomi itu. Terlihat jelas bagaimana lubang dubur Ami melesak masuk akibat paksaan penetrasi penis Asamoah. Asamoah terus memasukkan penisnya sampai seluruhnya amblas ke dalam dubur Ami. Ami terus melolong sampai mengeluarkan suara yang terdengar mengerikan dan menyayat. Hari ini seorang pria negro bernama Asamoah telah memperawani lubang duburnya. Sakitnya luar biasa. Jauh lebih sakit dibandingkan malam pertama dia menyerahkan mahkotanya pada suaminya. Duburnya pun terasa penuh seolah-olah ingin buang air besar. Kini dua rasa perih dan nyeri menyerang vagina dan duburnya. Saat Ami melolong kesempatan tersebut digunakan oleh Jabeer untuk memasukkan penisnya ke dalam mulut Ami. Kini ketiga lubang tubuh Ami sedang dinikmati oleh 3 pria asing. Asamoah melakukan sodokan-sodokan dengan keras dari arah belakang. Demikian pula Maher dari arah bawah bergantian dengan Asamoah melakukan sodokan. Ami merasakan lubang anusnya robek dan memang ada lelehan darah yang keluar dari duburnya. Namun Ami tidak bisa berteriak keras lagi karena sumbatan penis Jabeer di mulutnya. Ketiganya memompa bersama-sama.

“Hheemmmm…hheemmmmm…heeemmmmm” hanya itulah yang terdengar dari teriakan Ami.

Sekitar 20 menit pemerkosaan 4P itu berlangsung. Jabeer terlebih dahulu klimaks dan menumpahkan seluruh cairan kental miliknya dalam mulut Ami. Ami tidak bisa memuntahkan sperma yang ada dalam mulutnya. Satu-satu jalan untuk mengurangi rasi asin dan getir cairan birahi Jabeer adalah dengan menelannya dan itulah yang dilakukan olehnya. Tak lama kemudian Jabeer menarik penisnya keluar dari mulut Ami. Sisa-sisa sperma dalam mulut Ami mengalir keluar dari sela-sela bibir sensualnya. Kini terdengar suara erangan Ami yang sedikit lebih keras karena mulutnya telah terbebas dari sumbatan penis Jabeer

“Adduhhhh…aadduhhhhh..aaakkkhhhhh……….sssaaakiitttt ”

Asamoah dan Maher masih terus memompa dan semakin cepat. Keduanya klimaks bersamaan ditandai dengan lenguhan kenikmatan kedua pria tersebut. Asamoah segera mencabut penisnya dari rongga dubur Ami. Darah masih terlihat pada batang penis Asamoah. Maher pun telah loyo di bawah tubuh Ami. Maher segera menggulingkan tubuh Ami ke sofa dan bangkit dari sofa.

“Ka..kaa…liaann semuaaa….baaanggsaatt’’

Ami memaki dengan pelan dan lirih. Tubuhnya telah tidak berdaya. Kini dalam tubuhnya telah mengalir benih nista yang dimasukkan secara paksa oleh Geremi dan Maher. Ami merasa noda telah meyelimuti hidupnya.



SCENE 3

Kini giliran Pak Hendarso dan Johan ambil jatah. Keduanya sepakat akan melakukan permainan 3P.

“Ayo Ami berikan kami kenikmatan tubuhmu yang indah itu” seringai Pak Hendarso.

“Benar saya ingin merasakan hangatnya lubang mataharimu sayang…” Pak Johan menimpali.

Kini gantian Geremi yang akan mengabadikan pemerkosaan yang akan dilakukan oleh Pak Johan dan Hendarso.

“Tidaakkk…..jangan lagi…..kasihani saya pak….” Tangis Ami semakin keras lagi sambil menyilangkan kedua tangannya untuk menutupi payudaranya yang terbuka.

Namun kedua bandot tua itu tidak peduli dengan ketakutan Ami. Semakin takut semakin tinggi pula hasrat seksual kedua orang itu.

Pak Hendarso segera mencengkeram tangan Ami dan membalik tubuhnya hingga tengkurap. Official cap merah Ami beserta blouse putih yang dikenakannya ia lucuti sehingga kini Ami benar-benar telah telanjang bulat. Kedua tangan Ami ditahannya sehingga tubuhnya tidak bisa lagi bergerak leluasa. Pak Johan melihat punggung Ami yang mulus serta bongkahan pantat yang menggairahkan. Dia mengambil posisi di atas paha Ami bagian belakang. Kemudian tangan kirinya membuka lubang anus Ami sedangkan tangan kanannya mengarahkan penisnya ke lubang matahari itu.

“Ttiiiiddaakkkkkk…..janganaan laaaggiii dii situuuuuuuuu”

“Ampun pak Johan…..sakit sekali……”

“Dubur Ami perih dan panas pak Johan….jangan disitu lagi”

“Saya mohon pak Johan”….Ami terus menghiba.

Namun orang yang namanya Johan ini tidak mau ambil pusing dengan rintihan memelas Ami. Dia tetap mengarahkan batang penisnya ke dubur Ami dan…

“Aaggghhhhhhhh…jjaaangggaaaaaannnnnnnnnnn……” Ami kembali melolong.

Kini Pak Johan telah memompa duburnya dengan cepat dan kasar. Ternyata orang ini adalah maniak seks diluar tampangnya yang kebapakan. Pak Hendarso kini melepas pegangannya dan membiarkan Pak Johan sendirian menggumuli tubuh Ami yang tengkurap. Tangan kanan Pak Johan pun ambil bagian meremas buah dada Ami. Ami merintih-rintih kesakitan ketika duburnya dengan kasar disodomi oleh atasannya. Sekitar 7 menit Pak Johan telah mencapai klimaks dan tidak lama kemudian dia bangkit dari tubuh Ami yang tengkurap lemas. Pak Hendarso menggantikan posisinya siap melakukan sodomi juga.

“Agggahhhhhhh…..banggssaaaaatttttttttt” Ami menjerit lagi.

Sudah tiga orang melakukan sodomi padanya tetapi rasa sakit itu tidak berkurang juga. Malah semakin menjadi-jadi meski ukuran penis kedua orang terakhir yang memperkosanya berukuran lebih kecil dari milik Asamoah. Sekitar 10 menit Pak Hendarso memperkosa liang anus Ami. Tanda-tanda ejakulasi sudah nampak ketika Pak Hendarso semakin cepat memompa dubur Ami. Ami semakin merasakan perih di duburnya. Pak Hendarso melenguh keras ketika cairan nistanya keluar membasahi rongga dubur Ami. Ami merasakan anusnya bertambah perih karena sperma yang membasahi robekan luka di duburnya.

Waktu telah menunjukkan pukul 11:30 malam. Kini kelima pemerkosa Ami bersiap mengantarkan Ami pulang. Saat itu Ami sudah tidak kuat bangkit. Rasa nyeri dan perih di vagina dan anus yang dirasakannnya membuatnya tidak mampu berdiri. Geremi menggendong Ami sampai ke dalam mobil van yang mereka gunakan. Baju Ami yang robekpun telah mereka ganti dengan kaos besar ukuran XXL sehingga ujung bagian bawahnya sampai setengah paha Ami. Dengan demikian meski tidak mengenakan celana dalam tidak akan ada seorangpun yang tahu. Dalam perjalanan pulang Ami didudukkan di belakang di apit oleh Jabeer dan Maheer sedangkan Asamoah berada di kursi depan bersama Pak Johan yang menyetir mobil. Geremi duduk di tengah. Selama perjalanan Geremi mengisengi Ami dengan memasukkan dildo zhucini (buah mirip mentimum yang ukurannya cukup besar) yang dia ambil dari kulkas saat masih berada di villa milik Hendarso. Ami sudah tidak mampu berteriak, matanya kelihatan sembab dan luyu. Hanya erangan lirih yang terdengar ketikan dua buah zhucini dimasukkan kedalam vagina dan anusnya. Meski sudah tidak ada darah lagi yang menetes dari dua lubang kenikmatan itu tetap saja rasa perih dan panas dirasakan oleh Ami akibat luka lecet pemerkosaan di villa sebelumnya.

Setelah sampai Pak Johan memasukkan mobilnya ke pelataran rumah Ami agar tidak dicurigai orang. Dengan mengambil kunci rumah dari tas Ami pak Johan membuka pintu dan meminta Geremi membawa Ami masuk ke dalam. Geremi merebahkan Ami di sofa tamu dan segera ke luar menuju van. Pak Johan berjalan mendekati Ami dan berkata

“Pastikan hanya kita yang tahu atau rekaman gambar itu akan beredar ke mana-mana”

Ami hanya diam tidak mampu berkata. Setelah Pak Johan menutup pintu dan terdengar suara mobil yang meninggalkan pelataran Ami hanya bisa menyesali nasibnya sebagai korban pemerkosaan bergiliran. Air matanya terus meleleh membasahi pipinya yang mulus. Pandangannya setengah kosong. Pikirannya menerawang kepada suami dan anaknya. Pasti bahwa tidak kurang dari seminggu setelah pemerkosaan bergiliran ini belum tentu dia akan sanggup memberikan kehangatan pada suaminya. Luka di alat vitalnya tentu membutuhkan waktu lama untuk sembuh terlebih lagi trauma yang dialaminya. Ami terus menerawang ke arah langit-langit rumah. Membayangkan masa depannya. Membayangkan noda di tubuhnya. Membayangkan………………………



SCENE 4: EPISODE TRAUMA

Sudah hampir 2 bulan lebih semenjak kejadian Nurrahmi digilir oleh 3 orang pria asing dan 3 orang pria pribumi wanita cantik semampai bertubuh sintal dan berkulit sangat mulus itu tidak dapat melupakan malam jahanam yang telah merenggut kehormatannya dan menorehkan noda yang mengalir dalam tubuhnya. Setiap malam kejadian itu menghantui mimpi buruknya seakan-akan rasa sakit di tubuhnya terlebih lagi hatinya masih terus ia rasakan. Masih terekam dalam ingatannya bagaimana pada malam jahanam itu tubuh mulusnya di bolak balik seperti sebuah boneka mainan untuk dinikmati secara brutal oleh 6 orang pemerkosa.

Meski kejadian itu telah berlalu, kini setiap suaminya Kamal meminta kepada dirinya untuk melayani hasrat birahinya seketika itu juga Nurrahmi kehilangan gairah seksualnya. Tiap kali Kamal meminta untuk melakukan hubungan seks suami istri seketika itu pula rasa ketakutan yang amat sangat melanda jiwa Nurrahmi. Sungguh Nurrahmi tidak ingin untuk mengecewakan Kamal suaminya. Namun, semenjak tubuhnya dijadikan bulan-bulanan oleh para lelaki jahanam itu kini seluruh organ seksual Nurrahmi seolah-olah mengalami frigiditas. Rasa ketakutan yang amat sangat untuk melakukan hubungan seks kini melanda wanita cantik bertubuh sintal itu.

Sejak Kamal pulang dari kota Banda belum sekalipun dia menikmati tubuh sintal istrinya yang mulus dan menggiurkan itu. Bahkan istrinya itupun selalu menghindar apabila Kamal berhasrat untuk mencium bibirnya yang sensual. Sebenarnya Kamal dapat merasakan perubahan itu. Tetapi Nurrahmi menyimpan rapat-rapat aib yang telah merusak kehormatannya itu. Dua minggu pertama setelah dirinya diperkosa habis-habisan oleh 6 pria durjana itu Nurrahmi mengalami pendarahan pada alat kelaminnya. Demikian pula pada anusnya yang membenjol akibat disetubuhi paksa dengan cara anal seks. Oleh sebab itu pula Nurrahmi harus selalu menggunakan softex karena pendarahan sehingga seolah-olah dirinya sedang menstruasi. Untuk berjalanpun Nurrahmi merasakan sakit dan perih yang menyengat di alat kelaminnya maupun duburnya. Dengan demikian hal itu dapat menjadikan alasan bagi Kamal untuk tidak dulu menikmati tubuhnya.

Kini telah sebulan lebih Nurrahmi tidak mengenakan softex lagi. Dan Kamalpun tahu hal itu. Malam ini libido pria itu terasa naik. Waktu telah menunjukkan pukul 11 malam. Besok hari Sabtu dia harus berangkat ke Manado untuk urusan bisnis selama tiga minggu. Malam ini dipandanginya tubuh Nurrahmi yang sedang tidur memunggungi dirinya. Baju tidurnya yang tipis itu tidak dapat menyembunyikan lekuk-lekuk tubuh Nurrahmi yang sungguh indah. Pinggulnya yang sexy serta pantatnya yang membongkah membulat membuat dirinya berhasrat sekali untuk kembali menikmati kehangatan tubuh istrinya itu. Sesaat dipandangnya rok baju tidur Nurrahmi yang sedikit tersingkap sehingga mempertontonkan sedikit pahanya yang mulus. Kamal sungguh bangga dapat memiliki Nurrahmi. Kawan-kawan bisnisnya sering mengatakan iri pada dirinya yang mempunyai seorang istri secantik Nurrahmi. Bentuk tubuh istrinya itu memang menggiurkan sehingga membuat banyak laki-laki sering berkhayal yang tidak-tidak.

Kamal tersadar bahwa dia baru saja berkhayal menerawang. Kini diusapnya betis Nurrahmi yang sedang tidur. Kemudian usapan tangan laki-laki itu secara perlahan naik ke paha istrinya. Dapat dirasakannya betapa mulus dan halus kulit tubuh Nurrahmi. Kemudian dari balik rok bawah gaun tidur Nurrahmi yang ukurannya hanya setengah paha saja tangan Kamal dengan leluasa menyibak kain itu untuk menyusupkan tangannya hingga mencapai bagian dada Nurrahmi. Diremasnya dengan perlahan sebelah payudara Nurrahmi agar wanita itu menjadi terangsang. Kamal merasakan nafsu pada dirinya telah semakin naik. Penisnya telah dirasakannya mencuat tegang. Diciumnya tengkuk Nurrahmi sambil tangannya meremas perlahan buah dada Nurrahmi yang berukuran 34B itu. Namun Nurrahmi tidak bergeming dari tidurnya. Wanita itu seolah-olah tidak merasakan apa-apa. Kamal mengira bahwa istrinya masih belum bangkit nafsu birahinya. Kini diarahkannya tangan kanannya kearah pusar Nurrahmi dan diusap-usapnya wilayah itu. Tidak berapa lama kemudian tangan Kamal berpindah ke pinggang bagian belakang Nurrahmi dan kemudian menyusup di balik celana dalam Nurrahmi. Kamal berusaha merangsang Nurrahmi dari balik pantat wanita itu guna mencapai alat kelaminnya. Namun tiba-tiba saja

“Jangan mas……” Nurrahmi berkata dengan sambil bergegas memposisikan dirinya menjadi rebahan.

“Aku sedang letih sekali mas….aku takut membuatmu kecewa” Nurrahmi kembali berkata.

“Besok mas akan ke Manado tiga minggu sayang” Kamal berkata.
“Sudah dua bulan lebih engkau tidak mau melayaniku” Kamal berkata lanjut dengan sedikit bersungut.

Nurrahmi dapat melihat kekecewaan pada suaminya itu. Wanita itupun berkata
“Nanti setelah mas pulang dari Manado aku berjanji akan melayanimu sepenuh hati”

“Sepulang mas dari Manado nikmatilah tubuhku sepuas-puasmu mas, tetapi jangan sekarang”

“Senin ini aku ditugaskan mengikuti training senior bank teller di bank cabang Kelapa Gading. Aku letih menyiapkan semua keperluan training itu mas. Mas mau mengerti khan…?” Nurrahmi menjawab kekecewaan Kamal.

“Kenapa tidak malam ini saja sayang. Mas sudah tidak tahan lagi nih….” Kamal berucap dengan nada berkeluh.
“Nanti mas akan kecewa karena aku belum sepenuh hati melayanimu…..” jawab Nurrahmi.

“Baiklah kalo begitu aku segera tidur saja, bangunkan aku pukul 5 pagi….” Kamal menjawab dengan nada sedikit kecewa.

Kemudian laki-laki itu mengambil bantal dan ditutupkan pada wajahnya agar dia cepat tertidur lelap.

Nurrahmi menarik nafas dalam-dalam dan kemudian diposisikan kepalanya di atas dada Kamal sambil tangan kirinya memeluk tubuh suaminya. Sungguh hati Nurrahmi seperti tersayat karena ketidakmampuannya untuk memberikan kehangatan tubuhnya pada Kamal suaminya. Tak terasa bintik air mata mengalir keluar dari pelopak mata wanita cantik itu.

Sabtu pukul 5 tepat Nurrahmi membangunkan suaminya.
“Mas.. mas… bangun. sudah jam 5 nih…”

Kamal menggeliat sambil mengercipkan matanya.
Laki-laki itu harus bersiap berangkat menuju bandara untuk penerbangan pukul 8 pagi ke Manado. Untuk menuju ke sana sarananya cukup mudah karena di terminal Rawamangun, dekat dengan tempat di mana mereka mengontrak rumah, menyediakan akses bis Damri jurusan Soekarna-Hatta. Dengan sekali naik bajaj dari rumah kontrakan tidak lebih dari sepuluh menit dapat mencapai terminal Rawa Mangun.

Sambil menunggu Kamal mempersiapkan diri Nurrahmi menyiapkan kopi kesukaan Kamal serta sarapan pagi. Hari Jum’at kemarin segala keperluan Kamal di Manado telah dia siapkan. Tepat jam 6 pagi Kamal berangkat menuju bandara Soekarno Hatta.

“Titi DJ mas……” Nurrahmi berkata.
“Ok. Hati-hati juga di rumah ya sayang….” Kamal berkata sambil mencium kening Nurrahmi.

Nurrahmi melambaikan tangan dari balik pagar rumah ketika suaminya berangkat dengan bajaj menuju terminal Rawa Mangun. Nurrahmi termenung sesaat. Dirinya merasakan penyesalan yang mendalam karena tidak mampu memberikan kehangatan tubuhnya pada Kamal sebelum suaminya berangkat ke Manado. Tetapi apa boleh buat karena secara fisik dan psikis dirinya masih belum mampu akibat trauma perkosaan itu.

Hari senin Nurrahmi ditugaskan oleh bos barunya guna mengikuti training senior bank teller di bank cabang Kelapa Gading. Setelah kejadian malam jahanam yang menimpanya itu Nurrahmi mengajukan mutasi kerja dan ditempatkan di cabang bank dekat Menteng. Nurrahmi tidak melaporkan kasus pemerkosaan itu ke aparat kepolisian mengingat aib itu akan menyebar ke mana-mana sehingga akan membuat dirinya dan keluarganya akan menanggung malu. Nurrahmi juga tidak ingin lagi melihat wajah-wajah para pemerkosanya sehingga pilihan yang terbaik adalah mengajukan mutasi kerja.

Di bank cabang Kepala Gading Nurrahmi akan mengikuti training selama 6 hari mulai senin sampai dengan sabtu. Nurrahmi mengikuti pelatihan itu dengan seksama. Pada hari terakhir sebelum penutupan dirinya dipanggil oleh direktur cabang yang bernama pak Indrajeed, seorang pria keturunan India. Pria yang suka dipanggil Indra ini berpostur tinggi sekitar 185cm dengan bobot 80 kg ini nampak sedikit tambun ciri khas bos-bos berusia 45 tahunan. Ukuran jari-jarinya besarnya dua kali ukuran pria pribumi pada umumnya.

“Ami, setelah acara penutupan nanti aku akan ajak kau menemui seseorang yang akan menanamkan saham dalam pengembangan pembukaan teller baru di Tangerang”

“Investor itu siapa pak?” Ami bertanya

“Seorang warga jepang, namanya Mr. Yamato” sahut Indrajeed.

“Kenapa musti saya yang diajak pak…” Ami kembali bertanya.

“Sebab dari seluruh partisipan peserta training engkaulah yang dinilai paling baik” jawab pak Indrajeed.

Ami termenung sesaat. Hatinya sungguh senang karena dia ternyata adalah yang terbaik dari semua peserta. Tetapi sebenarnya dia juga sedikit enggan untuk pergi ke Tangerang. Namun karena ini adalah tugas maka dia tidak boleh mengelak.

“Baiklah pak, jam berapa kita berangkat…?” tanya Ami.

“Jam 5 sore. Kita nyampe Tangerang sekitar jam setengah tujuh malam” jawab pak Indrajeed.

“Kita tidak akan lama Ami, mungkin sekitar satu sampai dua jam pembicaraan terus kita kembali ke Jakarta” Indrajeed menyambung perkataannya.

Tepat pukul 5 sore pak Indrajeed dan Ami berangkat menuju ke Tangerang. Perjalanan menempuh waktu sekitar 75 menit. Ketika akan sampai pada tempat yang akan dituju, jalan yang dilalui ternyata masih berupa makadam banyak ditumbuhi pepohonan dan nampak sekali jarang rumah penduduk.

“Kita menuju kemana ini pak?” Ami bertanya dengan rasa khawatir

“Rumahnya memang di tempat sunyi soalnya tempat tinggalnya bukan rumah biasa melakinkan sebuah rumah walet, tahu kan?” timpal pak Indrajeed

“Rumah walet?” Ami menjawab dengan nada heran

“Itu loh rumah yang digunakan untuk menarik burung walet. Bisnis air liur burung walet bisa menghasilkan keuntungan yang luar biasa. Oleh sebab itu rumah walet harus jauh dari kebisingan dan harus ada security agar tidak terjadi pencurian. Nah tuh dia tempatnya” jawab Indrajeed.

Rumah itu sungguh besar. Ukurannya tidak kurang dari 2000 meter persegi. Tidak ada rumah penduduk di sekitarnya.
Ami melihat sebuah bangunan yang mirip seperti sebuah benteng yang tinggi sekali dengan banyak jendela berbentuk lingkaran di bagian atas. Tidak banyak lampu yang menerangi bagian luar rumah walet itu sehingga keadaan sekitarnya nampak temeram. Mobil mereka sampai di depan pintu gerbang besar yang terbuat dari kayu kokoh. Pak Indrajeed membunyikan klakson mobil tiga kali dan tak lama kemudian pintu gerbang itupun terbuka. Mobil segera masuk ke dalam. Tak lama kemudian pak Indrajeed dan Nurrahmi turun dari mobil.

“Yamato san akan segera datang pak” Lelaki yang baru membuka pintu gerbang itu berucap.

Ami memandang laki-laki itu seperti seorang preman. Pria bertubuh gempal itu mungkin adalah semacam security yang telah dijelaskan oleh pak Indra sebelumnya.

“Baiklah kalo begitu aku menunggu di dalam saja” jawab pak Indrajeed.

Bergegas pak Indrajeed dan Nurrahmi berjalan masuk ke ruang dalam. Ternyata ruang masuk ke dalam harus melewati dua buah pintu yang masing-masing dijaga dua orang pria bertubuh gempal. Ami merasa sungguh aneh dengan keadaan itu. Terlebih lagi tatapan setiap mata lelaki penjaga pintu itu tak henti-hentinya memelototi tubuhnya seolah-olah hendak menelanjangi dirinya yang pada saat itu menggunakan official cap bank berwarna merah dengan rok sedikit di atas lutut. Memang Nurrahmi sungguh cantik bila mengenakan seragam official bank tempat kerjanya. Setelah sampai di ruangan dalam keadaan cukup nyaman. Ada sofa tamu tanpa senderan tertata mengelilingi sebuah meja kayu di tengah serta full AC. Nuansa ruangan itu memang menunjukkan sedikit ciri khas Jepang. Sepuluh menit kemudian datang seseorang membuka pintu ruangan itu. Nampaklah tubuh tambun seorang bermata sipit. Tubuhnya nampak lebih tambun dan sedikit lebih pendek dari tubuh Indra, sekitar 170 cm.

“Ha…..Indera san, o genki desu ka…..” pria jepang itu berkata

“Yamato san, hai watashi wa genki desu…” jawab pak Indrajeed yang sedikit tahu bahasa jepun itu.

“Ano…Yamato san, onanohito wa Nurrahmi desu” lanjut Indrajeed

“Eto….kirei desu ne….” pria jepang itu berkata dengan tersenyum sambil menjulurkan tangan.

“Saya Nurrahmi…panggil saya Ami saja” Nurrahmi berkata sambil menjabat tangan Yamato san.

“Bahasa saya tidak pandai….tahu sedikit saja….” tukas Yamato san.

“Oke sirakan duduk saja..” Yamato san kembali berkata.

Kemudian ketiga orang tersebut mengambil posisi duduk di sofa tanpa sandaran itu.

“Di sini semuanya seruf serfis…minum ada di sana sirakan ambil sendiri, Indera san are wa mizu desu” Yamato berkata sambil menunjuk ke sudut ruangan yang nampak ada beragam minuman serta nampak pula sebuah refrigerator ukuran sedang.

“Hai, arigato gozaimasu desu…” jawab pak Indra.

“Yamato san, kedatangan kami untuk memenuhi undangan anda mengenai rencana pengembangan teller baru bank kami di wilayah Tangerang” Indrajeed kembali berkata.

“Begini Indera san saya setuju usuran investasi pengembaggan terrer. apaka sarat sudah anda setuju?” Yamato san menjawab.

“Never mind, I agree with that and here I wanna to deliver the prerequisite” jawab pak Indrajeed

“Ha..ha..ha… bagus…bagus…” Yamato san tertawa senang.

Nurrahmi sama sekali tidak mengerti kenapa tiba-tiba saja Yamato san tertawa kegirangan.

“Let me out side for a while. Ami kau tunggu di sini sebentar aku akan mengembil sesuatu di mobil” pak Indrajeed berkata

“Baik pak. Tidak lama khan?” Ami berkata sedikit tidak tenang.

“Hanya sebentar kok, tenang sajalah” pak Indrajeed berkata sambil bergegas keluar ruangan menuju pintu di mana mereka masuk tadi. Tidak berapa lama kemudian tubuhnya menghilang di balik pintu itu. Sekitar 10 menit pak Indrajeed kembali lagi sambil membawa sebuah amplop besar.

“Yamato san, kore wa Nurrahmi no poto…” pak Indra berkata sambil menyerahkan amplop berukuran besar itu.

Sesaat Nurrahmi mendengar namanya disebut, tetapi dia tidak tahu apa maksud dari perkataan pak Indrajeed. Nurrahmi berpikir mungkin pak Indra memberikan biodata dirinya kepada Yamato san.

“Arigato gozaimasu” Yamato san menerima amplop dan mengeluarkan isinya. Nampaknya yang ada di dalam amplop itu adalah beberapa buah foto berukuran 25R.

Yamato san melihat foto-foto itu sambil tersenyum dan sesaat kemudian memandangi Nurrahmi tajam-tajam. Kemudian dia memandangai lagi foto-foto itu dan selanjutnya tiba-tiba saja dia tertawa terbahak-bahak

“Ha ha ha……. very good pictures……” demikian ia berkata.

“Ha ha ha………….” terdengar pak Indrajeed juga ikutan tertawa.

Nurrahmi merasa bingung sekali dengan keadaan seperti itu dan pak Indrajeed tahu akan hal itu.

“Yamato san terkesan dan foto-foto itu Ami…..” pak Indrajeed mencoba menjawab kebingungan Nurrahmi.

“Boreh aku cuba sekarang……” Yamato san kembali berkata

“Of course….. onegaisimasu…..” jawab pak Indrajeed.

“Nurrahmi san…. come here…..rihat ini” Yamato san memanggil Nurrahmi

Nurrahmi beranjak dari duduknya dan menuju ke Yamato san.

“Kamu tahu ini poto…..” Yamato san menyerahkan lembaran foto-foto itu kepada Nurrahmi.

Nurrahmi menerima lembaran-lembaran itu dan kemudian melihatnya. Ketika baru saja Nurrahmi melihat foto pertama serta merta dia menjerit sambil kemudian menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan secara reflek Nurrahmi membuang lembaran-lembaran itu ke lantai.

“AAAaaaa……ttttiiiidddaakkkkkkkkkkkkkkkk… .”

Rupanya foto-foto itu adalah hasil pemotretan saat dirinya diperkosa di villa milik pak Hendarso sekitar tiga bulan yang lalu. Pada foto pertama yang dilihatnya itu nampak dirinya sedang dipegangi oleh tiga orang di atas sofa saat Geremi melakukan oral pada alat kelaminnya.

“Pak Indra ayo pulang pak……..ayo pulang…..” setengah menangis Nurrahmi memohon kepada Indrajeed untuk kembali pulang.

Pak Indrajeed segera bangkit dari duduknya

“Tenang Ami….tenang… jangan takut……” demikian lelaki paruh baya itu berkata.

Kemudian pak Indrajeed mendekati Ami dan berdiri di belakangnya. Kedua tangannya bergerak menyentuh pundak Ami dan kemudian dari belakang pak laki-laki itu membisikkan sesuatu kepadanya

“Layani saja Yamato san dengan baik….dia berhasrat kepadamu…..nanti kau akan mendapat imbalan sangat besar serta kau akan aku promosikan sebagai kepala bank teller…”

“Ttttiidaakkkk……aku bukan pelacur……” jerit Ami.

“Tapi tubuhmu sudah tidak suci lagi…… sudah banyak noda laki-laki telah mengalir dalam tubuhmu….” pak Indrajeed berkata dengan wajah geram.

“Tttiiddakkkkkk….. biarkan aku pulaaaanngggggg!!!!!!” Nurrahmi kembali menjerit sambil menutup kedua telinga dengan tangannya.

Yamato san yang melihat Nurrahmi menjerit menjadi semakin berhasrat nafsu birahinya. Kemudian laki-laki tambun seperti gorilla itu bangkit dari duduknya dan mendekati Nurrahmi yang terlihat ketakutan

“Jjjaaangaannnn ppaakkkk……jaaangaaannn ppeerrkkoossaaa sssaayaaaa” Ami menjerit.

Ami beringsut mundur berusaha menghindar Yamato san yang semakin mendekati dirinya. Tetapi tiba-tiba dari belakang pak Indrajeed memeluk tubuhnya erat-erat

“Kau memang harus dipaksa rupanya ya ha ha ha…………” terdengar perkataan pak Indrajeed.

“Tiiiidddaaakkkkkk…………”
“Jaaangaannnnnn……..”
“ogghhh……tttiiddakkkkkkkk……baangssaatt tt.”
“Leepassskaannnnn…..tttiidaakkkkk”

Nurrahmi menjerit dan meronta. Tetapi dekapan pak Indrajeed baginya terlalu kuat. Ketika Yamato san semakin mendekati tubuhnya Nurrahmi tampak semakin panik. Ketika jarak antara dirinya dan Yamato san demikian dekat tiba-tiba saja Nurrahmi menendang tubuh Yamato san dengan kedua kakinya sehingga mengakibatkan tubuh ketiga orang itu terjatuh ke lantai. Nurrahmi segera cepat bangkit sebelum pak Indrajeed melakukan tindakan lebih jauh lagi dan berlari menuju pintu besar di mana mereka tadi masuk…

“Hughhh……sungguh wanita binal….rasakan akibatnya nanti…” gerutu Indrajeed

Yamato san yang masih dalam posisi duduk itu membiarkan saja Nurrahmi yang berlari menuju pintu keluar ruangan. Terlihat Yamato san hanya menggeleng-gelengkan kepala saja. Entah apa yang sedang ada di benaknya.

Baru saja Nurrahmi berhasil membuka pintu dan akan keluar dari ruangan itu didepannya dua orang penjaga bertubuh gempal telah menghadangnya.

“Minggirrrrrr…..biarkan aku pergiiiiii…..” Ami menjerit dan menangis.

Tetapi dua pria kekar itu hanya tersenyum sinis dan segera menangkap lengan Nurrahmi dan menyeretnya masuk kembali ke dalam.

“Ha ha ha………..ha ha ha……..”

Yamato san dan pak Indrajeed tertawa terbahak-bahak melihat Nurrahmi yang meronta-ronta ketakutan di seret masuk ke dalam ruangan. Yamato san segera memungut sebuah foto dan berjalan mendekati Nurrahmi yang menjerit dan menangis

“Saya mau ini………..” tukas Yamato san kepada Nurrahmi sambil jarinya menunjukkan ke arah sebuah foto yang dibawanya itu .

Foto itu menunjukkan gambar closeup sebuah penis hitam besar yang masuk kedalam pantat putih mulus seorang wanita. Wajah Nurrahmi yang sedang menangis itu kini nampak memucat. Ingatannya kembali ke beberapa waktu silam. Itu pasti milik pria negro bernama Asamoah yang berhasil memperawani anusnya. Nurrami masih dapat merasakan betapa ngilu dan sakitnya ketika penis besar itu melesak dengan paksa ke dalam duburnya. Dan kini kejadian itu akan terulang kembali. Tubuhnya akan kembali dijadikan piala bergilir oleh laki-laki yang tak bermoral.

“Tttiiddaakkk….sssaaayaaaaa ttidaakkk suudiiiiiiiii……” teriak Nurrahmi.
“Ttttiiidddaakkkkk……jjjjjaaangaaaannnnn……. ”

Yamato san diam saja dan dia bergerak menjauhi Nurrahmi dan duduk di atas sofa yang tidak ada sandarannya itu. Kemudian dia berkata

“Taruh dia di sini…..” Yamato san berkata kepada kedua anak buahnya agar membawa Nurrahmi ke atas pangkuannya

“ogghhh……tttiiddakkkkkkkk……baangssaatt tt.”
“Jaaangaannnnnn……..”
“Jaaangaaannn saya tidak mau dippeerrkkossaaa”
“Saya tidak mauuuuuu…………”
“Ttiidaakkkkk………bbaaanggssaatttttt………. “. Ami menjerit.

Tetapi kedua penjaga itu tetap menyeret tubuh Nurrahmi yang semakin meronta. Kini tubuh Nurrahmi dibuat telungkup di atas pangkuan Yamato san. Bagian perut Nurrahmi sampai batas pinggang tepat di atas pangkuan Yamato san. Tangan kiri Nurrahmi ada di belakang punggung Yamato san dengan dipegangi erat oleh seorang penjaga sedangkan tangan kanannya oleh penjaga yang satunya. Tubuh Nurrahmi yang setengah menungging itu menyulitkan dirinya untuk dapat bangun karena kesetimbangan tubuhnya menjadi cenderung untuk terus dalam posisi menungging. Tanpa banyak bicara Yamato san menyingkap rok merah Nurrahmi ke atas sampai batas pinggang sehingga tampak celana dalam warna hitam yang tipis dan elastis.

“Jaaangaannnnnn……..”
“Ohhhh…ttiidakkkkk……..”
“Jaangaannn lakukkannn ituuuu…….”
“TTtttoollonnggggggg….”

Percuma saja Nurrahmi menjerit karena suaranya tidak akan keluar dari bangunan kokoh seluas 2000 meter persegi itu. Dengan kedua tangannya Yamato san meremas-remas dengan gemas bongkahan pantat Nurrahmi yang sangat mulus itu. Apalagi celana dalam warna hitam itu menunjukkan warna kontrasnya terhadap kulit mulus pantat Nurrahmi. Setelah melakukan remasan selama beberapa saat Yamato san menyibak celana dalam elastis itu ke samping

“TTiidakkkkkk……seetttaannnnnnnn…….”
“Bbbbaajjinggaannnnnnn………”

Nurrahmi menjerit ketika merasa celana dalam yang dia kenakan disibakkan ke arah samping sehingga kini dapat dia rasakan hawa dingin AC yang menerpa bagian anus dan vaginanya. Ya, memang kini anus dan vagina Nurrahmi terpampang jelas di mata Yamato san. Yamato san nampak mengagumi bulu-bulu halus yang tumbuh di seputar vagina Nurrahmi. Juga kerut-kerut matahari yang menghiasi anus Nurrahmi sungguh membuat laki-laki keblinger untuk mencicipi jepitannya. Dengan kedua tangannya Yamato san membuka belahan pantat Nurrahmi lebar-lebar

“Jangaaannnnn…….bbbiiiinnaaattaanggggggg…… .” jerit Nurrahmi.

Nurrahmi sedemikian malunya ketika lubang duburnya menjadi terbuka lebar dan dipelototi oleh Yamato san. Juga oleh pak Indrajeed yang kini mendekatinya karena keingintahuannya melihat bagian-bagian rahasia tubuh Nurrahmi.

“Aaagghhhhh……jjaaaanggannnnnnnn……” Nurrahmi kembali menjerit keras ketika dirasakannya sebuah jari Yamato san mulai menempel ke lubang duburnya.

Yamato san menggosok-gosok anus Nurrahmi dengan jari tengahnya yang berukuran dua kali ukuran jari pria pribumi itu. Yamato san dapat merasakan lembutnya anus Nurrahmi yang kering itu. Dengan gerakan tiba-tiba jari tengah Yamato san ditusukkan seluruhnya ke dalam anus Nurrahmi

“Aakkkhhhhhhh…..aaadduhhhhhhhhhhhhh………..ss ssaakkiitttt…ttttttttt!!!!!!!!!!!!!”.
“Jaaanngaaannnnnnnnnnn!!!!!!!!!…………… ..”

Nurrahmi menjerit melengking ketika anusnya yang kering itu dilesaki jari tengah Yamato san secara tiba-tiba. Tubuh Nurrahmi mengejan keras. Butir-butir keringat dingin mulai keluar dari tubuhnya. Suhu badannya terasa naik akibat benda asing memasuki liang duburnya. Kemudian dirasakannya jari Yamato san mulai bergerak maju mundur dan semakin lama semakin cepat.

“Aaddduhhhh…..aaadduhhhhhh…….peeerrihhhhhhh! !!!!!!!!….Aaaakkhhhhhh!!!!!!!”

Nurrahmi mulai merasakan panas dan perih akibat anusnya yang kering itu bergesekan dengan jari Yamato san. Lama-kelaman nampak jari Yamato san mulai basah oleh lendir liang anus Nurrahmi. Sekitar 15 menitan Yamato san mengocok anus Nurrahmi dengan cepat sampai menimbulkan busa putih di sekeliling lubang dubur Nurrahmi. Ketika dirasakannya dubur Nurrahmi telah licin oleh lendir Yamato san segera memerintahkan anak buahnya untuk membuat posisi Nurrahmi menungging di karpet lantai.

Yamato san segera melepas busana kimononya. Demikian pula celana dalamnya dilepasnya dengan terburu-buru. Rupanya Yamato san sudah tidak tahan lagi untuk segera menikmati tubuh Nurrahmi. Segera dia memposisikan dirinya di atas pantat Nurrahmi yang menungging. Tangan kirinya memegang pinggul Nurrahmi dan tangan kanannya mengarahkan penisnya yang lumayan besar itu ke lubang pantat wanita itu. Nurrahmi mulai merasakan ketakutan yang amat sangat membayangkan bahwa dirinya akan mengalami perkosaan sodomi sebagaimana waktu yang lalu.

“Jaangaannnn pakkkkk…..jaaangaannnnnn!!!!!!!!!!!!!!” Nurrahmi menjerit menghiba

Sebentar kemudian terdengan lolongan jeritan Nurrahmi yang diteruskan dengan suara tangisannya yang keras.

“Aaaaagggghhhhhhh……… aaakkhhhhhhh!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”

Rupanya penis Yamato san telah menancap ke dalam lubang pantat Nurrahmi yang telah dibasahi lendir dan busa itu sehingga tanpa kesulitan yang berarti dapat melesak masuk kedalam rongga duburnya.

Kini Nurrahmi kembali merasakan ngilu yang luar biasa di seputar lubang pantatnya. Ukuran penis Yamato san yang besar itu telah memaksa lubang pantatnya membuka lebih lebar dari yang seharusnya. Sodokan-sodokan yang dilakukan oleh Yamato san terhadap lubang pantatnya menyebabkan Nurrahmi tidak dapat untuk menahan jeritan-jeritan kesakitan. Sayang sekali jeritan kesakitan Nurrahmi itu justru semakin membakar hawa nafsu laki-laki yang ada di dalam ruangan itu. Tangan Nurrahmi mengepal erat berusaha mengimbangi rasa ngilu dan perih di duburnya. Air matanya nampak meleleh deras dari kelopak matanya.

Sekitar 20 menitan sodomi itu berlangsung. Busa yang terbentuk akibat gesekan penis dengan dinding liang dubur juga semakin banyak. Warna busa yang kemerahan juga nampak, menandakan ada luka lecet berdarah di dalam liang yang sedang dilesaki penis besar milik Yamato san itu. Yamato san mulai tampak terengah-engah dan sodokan yang dilakukannya terhadap lubang pantat Nurrahmi semakin cepat dan brutal. Gerakan itu semakin membuat erangan kesakitan Nurrahmi terdengar makin keras dan erotis. Beberapa menit kemudian Yamato san melenguh keras dan terburailah cairan sperma membasahi lubang dubur Nurrahmi. Kini wanita itu merasakan perih yang amat sangat di duburnya akibat luka lecet yang terkena semprotan cairan sperma milik Yamato san. Pria jepang itu kemudian mencabut penisnya yang masih nampak gahar dari lubang pantat Nurrahmi. Untuk beberapa saat lubang pantat itu kelihatan menganganga. Selanjutnya tubuh Nurrahmi dibuatnya terlentang dan memerintahkan seorang anak buahnya untuk memegangi kedua tangan Nurrahmi di atas kepala wanita itu. Kini rok merah Nurrahmi dilucuti oleh Yamato san. Demikian pula celana dalamnya. Kemudian kedua kaki Nurrahmi ditekuk sehingga pahanya hampir menyentuh bagian dadanya. Seorang anak buahnya lagi menahan kaki itu. Rupanya Yamato san akan bermain ronde kedua dan yang menjadi sasarannya kali ini adalah lubang vagina Nurrahmi. Nurrahmi yang kini merasa lemas sudah tidak dapat berontak dengan kuat. Hanya sedikit penolakan yang dia lakukan

“Jjjanngaaannnnnnn…..jjjaaanggaannnn……” terdengar suara Nurrahmi

Namun Yamato san tidak peduli. Kini tangan kanannya mengarahkan penisnya ke lubang vagina Nurrahmi.

“Aakkhhhh………..sssaaakkittttttt……!!!!!!!! !!” Nurrahmi menjerit keras lagi ketika Yamato san melakukan penetrasi paksa ke dalam alat kelaminnya. Rasa ngilu mendera liang senggama wanita itu akibat ukuran penis Yamato san yang cukup besar. Beberapa saat kemudian Yamato san mulai bergerak maju mundur. Seperti halnya dengan sodomi tadi lama-lama gerakannya semakin cepat. Kini Nurrahmi hanya bisa melenguh akibat sodokan Yamato san. Kepala wanita itu terlihat meggeleng ke kanan dan ke kiri. Sesekali bibir bagian bawah digigitnya. Terkadang pula tubuhnya sedikit mengejan. Rasa sakit dan perih di vaginanya membuat wanita itu merasa tersiksa untuk beberapa lama. Tak lama kemudian ejakulasi kedua berhasil dilalui oleh Yamato san. Setelah semprotan terakhir keluar dari penis Yamato san pria jepang itu mencabut alat kelaminnya dari jepitan vagina Nurrahmi. Pria jepang itu menampakkan wajah puas atas tubuh wanita yang baru saja diperkosanya itu. Nampak leleran sperma meluber keluar dari liang senggama Nurrahmi. Yamato san mengacungkan jempol ke arah pak Indrajeed sebagai tanda rasa puas. Meskipun pak Indrajeed tadinya merasa terangsang dengan perkosaan yang dilakukan oleh Yamato san tetapi pria keturunan india itu merasa gengsi untuk menikmati tubuh Nurrahmi yang telah dijamah terlebih dahulu oleh laki-laki lain. Dia berpikir suatu hari nanti tentu dia masih bisa merencanakan niat busuknya untuk menikmati tubuh Nurrahmi seorang diri.

“Bila kalian mau….. nikmati saja tubuhnya sebelum aku pulang” pak Indrajeed berkata kepada dua penjaga pintu. Tentu saja dua pria gempal itu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas menikmati tubuh molek Nurrahmi.

“Bawa wanita itu ke tempat karian…” Yamato san berkata

Segera dua orang penjaga itu membopong tubuh Nurrahmi yang lunglai lemas menuju tempat mereka di ruangan lain. Dalam ruangan lain tempat itu Nurrahmi direbahkan di atas tempat tidur. Salah seorang dari mereka memberikan siulan panjang dan tak berapa lama 3 kawan mereka yang menjaga pintu depan serta pintu gerbang datang. Kini berlima mereka akan bergantian menikmati tubuh sintal dan mulus Nurrahmi. Nurrahmi yang mengetahui ada lima laki-laki sangar dalam ruangan itu kembali panik dan mencoba bangkit. Tetapi salah seorang dari mereka segera menerkam Nurrahmi dan menggumulinya.

“Aaaaaa…… bbaanngggssaattttt!!!!!!!!!!!!!……” jerit Nurrahmi.

Nurrahmi yang tidak berdaya itu hanya bisa menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri ketika pria yang menggumulinya itu mencium lehernya. Rontaan yang diberikannya sama sekali tidak berarti bagi pria gempal itu. Dengan tidak sabar pria itu melucuti blaser dan pakaian dalam Nurrahmi dengan kasar sehingga kini tubuh wanita berkulit mulus itu benar-benar telanjang bulat. Empat pria lain yang melihat tubuh telanjang itu menelan ludah menyaksikan keindahan dan kemulusan tubuh Nurrahmi. Kini pria yang menggumuli Nurrahmi itu mulai memberikan kode kepada empat temannya

“Pegang tangan dan kakinya….”

Keempat pria yang sedari tadi hanya menonton kini menuju ke tempat tidur. Nurrahmi merasakan ketakutan yang amat sangat karena membayangkan tubuhnya akan dinikmati secara bergantian oleh lima lelaki sangar. Jerit tangisnya semakin keras terdengar….

“Jaangaannnnnn….ttttooolonggggg!!!!!…..”

Kini keempat orang itu memegang kedua tangan dan kaki Nurrahmi. Wanita malang itu berusaha meronta lebih keras. Sayang perlawanannya itu tidak berarti apa-apa dan kini wanita cantik itu hanya sanggup menangis keras ketika dua tangan dan kakinya dipentang lebar-lebar.

Kini pria yang tadi menggumulinya itu mulai menanggalkan bajunya sendiri. Nurrahmi dapat melihat jelas penis pria itu yang sudah sangat tegang dan siap untuk menghunjam ke dalam liang vaginanya yang masih terasa perih akibat perkosaan yang baru dilakukan Yamato san. Nurrahmi menjerit ketika pria itu mulai berjongkok di depan selangkangannya

:Jaangaaannnnn…..jaangaaannnn….baangggggg….. .”
“Akkhhhh!!!!!!!!!!!……ppppeerrihhhhhhhh!!!!!!!! !!”

Nurrahmi mengeluarkan jeritan ketika alat kelaminnya kembali dijejali oleh sebuah penis. Pria itu melakukan sodokan-sodokan keras dan kasar sekali sehingga tubuh Nurrahmi terguncang-guncang. Pria itu sama sekali tidak menunjukkan rasa belas kasihan mendengar jeritan-jeritan kesakitan Nurrahmi akibat penetrasi kasar yang dilakukannya. Nurrahmi merasakan vaginanya semakin perih akibat luka lecet yang semakin parah. Setiap genjotan pria yang memperkosanya dengan kasar itu menimbulkan rasa sakit dan perih seolah-olah ada sebuah pisau silet menoreh di bagian dalam vaginanya. Mata Nurrahmi terpejam dan kepalanya berkali-kali menggeleng ke kanan dan ke kiri. Bibir bawahnya yang sensual itu sekali-sekali nampak digigit olehnya di sela-sela teriakan kesakitan akibat sodokan kasar pemerkosanya.

“Aakkhhh….aakkhhhh….”
“Aaadduhhhh……aaaduuhhhh…..aaakhhhhhh…. “
“Aadduhhh….ssakittt….aakhhhh….ssstooppp….b aaannngggg…..aaakhhhh…”

Begitulah lenguhan-lenguhan erotis Nurrahmi terdengar.

Sekitar 10 menit pria itu menggenjot tubuh telanjang Nurrahmi. Kini desahan menuju puncak kenikmatan mulai keluar dari mulut pemerkosa biadab itu. Genjotannyapun semakin liar dan brutal sehingga menyebabkan teriakan-teriakan Nurrahmi semakin terdengar memelas. Tak berapa lama kemudian jeritan kepuasan keluar dari mulut laki-laki itu bersamaan dengan penisnya yang memuntahkan cairan lahar panasnya ke dalam liang senggama Nurrahmi.

Sejenak pria itu tersengal-sengal dan setelah dirasakannya penisnya mulai menciut dicabutnya batang kejantanannya dari jepitan liang kenikmatan Nurrahmi. Nampak batang kejantanan pria itu berwarna putih kemerahan yang menandakan bahwa ada noda darah di sana. Dan memang ketika leleran sperma keluar dari lubang vagina Nurrahmi warnapun kemerahan. Mungkin vagina Nurrahmi mengalami pendarahan akibat kasarnya perkosaan yang dialaminya.

Kini orang kedua bersiap menggantikan orang pertama. Tidak seperti orang pertama, orang kedua ini membalik tubuh Nurrahmi dan membuatnya posisi menungging. Nurrahmi sudah nampak sangat ketakutan dengan apa yang akan terjadi. Jerit tangisnya menunjukkan rasa takutnya yang amat sangat itu.

“Jaangannn..jaangaaannnnn!!!!!!!!…”
“Ttttooloonggg….jaanggannn…di pantatttt…….”
“Sakitttt…seekkkaliiii….”
“Saayaaa….mmmoohhonnnn baanggg….jaanggaannn…ssoddomi….”
“Aaauuuggghhhhh….aakhhhhhhhh!!!!!!……”

Ternyata orang kedua itu hanya ingin melakukan hubungan seks dengan doggy style. Dari belakang pria itu menyodok dengan keras sehingga Nurrahmi harus kembali menggigit bibirnya menahan rasa ngilu. Jari jemarinya yang lentik itu nampak meremas keras sprei kasur menandakan Nurrahmi sedang merasakan kesakitan. Sekitar 7 menit pria kedua itu melakukan pemerkosaan hingga akhirnya cairan nistanya menyemprot di dalam rahim Nurrahmi. Sebagaimana dengan temannya tadi pemerkosa kedua ini juga memperlihatkan senyuman kepuasan.

“Vagina legit dan sempit….busyet dah punya bini kaya’ gini” celotehnya.

Kini orang ketiga yang akan memperkosa Nurrahmi menumpuk tiga buah bantal dan dirinya kemudian bersandar pada tumpukan bantal itu.

“Angkat cewek itu….letakkan di sini….”

Pria ketiga itu menunjuk ke arah pangkuannya. Kemudian dia berkata lagi

“Buat dia sehadapan denganku….kita maen bareng aja….”

Nurrahmi nampak shock dengan perkataan laki-laki itu. Wanita itu tahu kali kini tubuhnya akan dilesaki secara bersama-sama oleh beberapa orang pria. Nurrahmi mencoba meronta ketika empat pria menggotongnya

“Jaangaannnn…bangggg…..jjaangannnn….”
“Jannngaannnn ..perkosa saya..dengannn caaraaa iituuu baangg…”
“Saayaa mohhonn bbangg…jjangaannnn……”

Tetapi empat pria itu hanya tertawa terbahak melihat ketakutan Nurrahmi. Kini tubuh Nurrahmi yang telanjang bulat itu mereka angkat. Posisi Nurrahmi menghadap ke arah yang sama dengan pria ketiga yang bersandar pada bantal.

“Turunkan pantatnya ke punyaku….” lelaki itu berkata sambil menunjuk penisnya.

Nurrahmi yang sempat mendengar ucapan lelaki itu semakin meronta kuat

“Jaangaannn…jangannnn masuk di panntatttt….”
“Jangaann banggg…sssaaakittt ssekalliiii…..”

Namun keempat orang yang mengangkat tubuh Nurrahmi tidak mau peduli. Kini tubuh Nurrahmi diturunkan perlahan. Orang ketiga itu memegang penisnya dengan tangan kanannya agar berdiri tegak sedangkan tangan kirinya meraba pantat Nurrahmi dari bawah untuk mencara lubang anusnya.

Nurrahmi mencoba meronta dan menggoyang-goyangkan pantatnya agar duburnya tidak bertemu dengan kepala penis pria yang ada di bawahnya. Namun sayang sekali sekeras apapun rontaan yang dilakukan oleh Nurrahmi tetap saja lubang kenikmatan alternatifnya itu berhasil ditemukan oleh jari-jari tangan kiri pria ketiga itu. Kini penisnya yang telah menegang itu tepat mengarah ke lubang anus Nurrahmi

“Ok..lepaskan tubuhnya…..” ujar pria itu

Sesaat kemudian terdengar lolongan Nurrahmi yang keras sekali bersamaan dengan tubuhnya yang diturunkan oleh empat pria yang tadi memeganginya.

“Aaaaaaakkkkkkkkkkkkkkkkhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!! !!!………………….”

Kepala Nurrahmi terdongak ke belakang. Bibirnya yang sensual membuka lebar mengeluarkan jeritan lolongan kesakitan ketika anusnya tidak dapat mengelak lagi untuk menjepit batang kejantanan pria yang melasak masuk ke duburnya hingga pangkal batang penis.

Kini pria yang menopang tubuh Nurrahmi memegang kedua paha wanita itu hingga terbuka lebar

“Cepat masukin punya loe ke lubang memeknya…..” pria itu berujar

Orang keempat segera mengarahkan penisnya ke vagina Nurrahmi dan melesakkan batang kejantanan miliknya ke liang kehormatan wanita malang itu.

“Aaaadduuhhhhhh…….pppeerrihhhhhh!!!!!!!!!! ” Nurrahmi kembali menjerit

Sedangkan orang kelima mengambil posisi berdiri dengan penis mengarah ke mulut Nurrahmi. Nurrahmi menutup bibirnya rapat-rapat dan wajahnya berusaha menghindari batang penis yang disodorkan ke mulutnya.

“Buat cewek ini buka mulut…” orang kelima itu berkata ke dua temannya yang lain.

Ketika dua orang yang penetrasi di dubur dan vagina mulai bergerak bersamaan mulut Nurrahmi tidak dapat mengatup rapat lagi akibat rasa perih yang kini mendera dua lubang berdekatan di tubuhnya itu

“Aaakkhhhhh…..ssaakkkk…mmmmmmppphhmmmmm!!!!!!! !!!!!”

Orang kelima itu berhasil melesakkan batang penisnya ke dalam rongga mulut Nurrahmi bersamaan dengan jeritan kesakitan wanita itu akibat sodomi dan penetrasi oleh dua pria lainnya.

Tiga buah penis kini secara bersamaan mendera tiga lubang di tubuh Nurrahmi yang digarap beramai-ramai oleh tiga pria bejat. Ketiga penis itu melesak-lesak dengan kasar di vagina, anus dan mulut Nurrahmi sehingga menyebabkan wanita yang sedang diperkosa itu merasakan kesakitan yang luar biasa. Lenguhan-lenguhan yang tertahan terdengar dari mulut Nurrahmi yang tersumbat sebuah penis. Pria yang sehadapan dengan Nurrahmi meremas-remas payudara wanita itu dari belakang. Dapat dirasakannya betapa kenyalnya buah dada Nurrahmi sedangkan pria di depan Nurrahmi memegang kedua pahanya agar tetap membuka lebar.

Sekitar 20 menitan pemerkosaan gang bang itu berlangsung. Kini ketiga pria itu mulai memacu lebih cepat dan brutal sehingga tubuh Nurrahmi yang terjepit di tengah-tengah itu nampak berguncang-guncang keras. Pria yang memaksa melakukan oral itu kini nampak terlebih dahulu akan mencapai klimaks. Dipegangnya kepala Nurrahmi erat-erat dan ditekannya batang penisnya hingga seluruhnya masuk kedalam mulut Nurrahmi. Nampak Nurrahmi megap-megap berurai air mata dan berusaha mendorong paha laki-laki itu. Sayang sekali pegangan tangan lelaki itu jauh lebih kuat hingga akhirnya terdengar jeritan kepuasan terlontar dari mulutnya. Nurrahmi dapat merasakan cairan kental dan asin di dalam mulutnya yang menandakan bahwa lelaki itu telah menyemprotkan sperma ke dalam mulutnya. Selama beberapa detik pria itu membiarkan batang penisnya di dalam mulut Nurrahmi sebelum kemudian mencabutnya. Senyuman kepuasan nampak di wajah pemerkosa itu

“Servis oral luar biasa…..he he he……” celoteh laki-laki itu

Nampak cairan sisa sperma keluar dari sela-sela bibir sensual Nurrahmi. Kini dua pria yang lain terus memacu sampai akhirnya mereka berejakulasi bersamaan di dalam lubang dubur dan vagina Nurrahmi. Hampir 30 menit tubuh Nurrahmi mereka perkosa bersama-sama. Kini tubuh wanita telanjang yang baru saja digilir itu nampak lemas. Tubuhnya terlentang di atas kasur. Vagina dan anusnya nampak memar kemerahan dengan noda-noda sperma dan darah di sekitarnya. Tatapan matanya nampak sayu dengan air mata yang masih terus mengalir. Isak tangisnya juga masih terdengar. Kini kelima pria yang baru memperkosa Nurrahmi keluar dari ruangan itu dengan tawa terbahak-bahak. Masing-masing terdengar celotehannya mengenai kenikmatan seksual yang baru mereka rengkuh dari tubuh Nurrahmi.
Kini Nurrahmi merasa derita panjang akan mulai lagi……..
Luka di vagina dan anusnya kembali terkuak….
Kini tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan……….
Terbayang dalam lubuk hatinya dua minggu ke depan Kamal akan meminta jatah untuk diberikan kehangatan oleh tubuhnya……
Masih sanggupkah dia………………………

Penasaran mau lanjutin Membaca “Nurrahmi Wanita Cantik”  »»
0

TIrai Kelabu


Hari Minggu pagi jam 6:00 terdengar suara meraung-raung sirene sebuah kendaraan. Sebuah mobil ambulans keluar dari sebuah pertokoan di wilayah Ciledug yang sedang dalam tahap pembangunan. Sesaat kemudian mobil polisi mengikuti di belakangnya. Minggu pagi itu beberapa pekerja bangunan baru saja menemukan sesosok wanita muda yang tergolek pingsan di lantai empat pertokoan yang sedang dibangun itu. Tubuhnya ditemukan dalam keadaan telanjang dengan noda-noda darah setengah mengering di wilayah selangkangannya. Jelas dari kondisi seperti itu wanita tersebut pasti adalah korban pemerkosaan. Setengah jam kemudian ambulans telah tiba di rumah sakit. Nampak beberapa orang perawat UGD menyiapkan tempat tidur dorong untuk membawa si korban.


Selanjutnya empat orang membopong sesosok tubuh wanita yang berselimut dari dalam mobil ambulans. Wanita muda itu tampak masih pingsan. Dari rona wajahnya wanita itu kira-kira berusia 24 tahunan dan tingginya semampai sekitar 150 cm. Warna kulitnya tangannya sawo matang khas orang Indonesia tetapi di bagian pundaknya dan sebagian dada atas yang tidak tertutup selimut warnanya cenderung lebih terang sebagaimana halnya wajahnya yang tetap tidak dapat menyembunyikan kemanisannya meski dia berada dalam keadaan pingsan. Besar kemungkinan warna kulit tangannya yang cenderung coklat itu akibat pemaparan terhadap sinar matahari. Mungkin wanita pingsan itu sehari-harinya suka mengenakan baju lengan pendek atau bahkan lengan buntung. Tidak lama kemudian wanita pingsan tersebut telah dibawa sampai di sebuah ruangan yang tidak ada seorang pasienpun. Mungkin itu adalah ruang VIP atau ruang periksa khusus. Tidak lama kemudian seorang dokter pria datang ke ruangan itu.

“Bagaimana keadaannya…” dokter bertanya kepada suster yang menjaga wanita pingsan itu.

“Masih pingsan dok….Dia mengalami pendarahan….” Suster menjawab.

Dokter itu kemudian menyibak selimut yang menutupi wanita itu dan melihat kondisi tubuhnya yang telanjang bulat. Kemudian dokter tersebut memerintahkan dua orang suster untuk memasang kait penggantung kaki yang terdapat pada sisi kanan dan kiri tempat tidur. Kait yang terbuat dari bahan elastis itu dipasang pada pertemuan antara betis dengan paha. Dengan demikian pantat wanita pingsan itu menjadi sedikit terangkat dan kedua kakinya menjadi terbuka lebar sehingga terlihat jelas alat kelamin dan anusnya. Metoda itu adalah yang biasa dilakukan oleh para dokter untuk melakukan pemeriksaan kemaluan wanita. Dengan bantuan cahaya sinar halogen dokter mulai memeriksa seputar alat kelamin wanita itu. Ada sedikit darah yang masih mengalir dari liang kehormatannya. Tampak sekali memar di daerah labium mayora vaginanya sehingga terjadi pembengkakan di wilayah itu. Dari kondisi itu jelas bahwa pelaku pemerkosaan pasti lebih dari satu orang. Vagina yang membengkak itu memperlihatkan goresan-goresan yang menandakan bahwa telah terjadi luka-luka lecet pada alat kelamin wanita itu. Selanjutnya dokter memerintahkan salah seorang suster untuk mengambil alat pemeriksa vagina. Alat berbentuk seperti moncong bebek yang terbuat dari logam itu dimasukkan secara perlahan ke dalam vagina wanita itu. Tidak dalam mungkin hanya sekitar 1 sampai 1,5 cm. Setelah itu terdengar bunyi klik dan moncong bebek itu bergerak membuka vagina wanita pingsan tersebut. Bagian dalam vaginanya segera dengan mudah terlihat. Nampak sekali selaput tipis didalamnya yang bentuknya sudah tidak beraturan. Terdapat sobekan ke segala arah yang menandakan bahwa selaput dara wanita itu telah koyak. Adanya sedikit darah yang mengalir dari sela-sela selaput yang terkoyak itu menunjukkan bahwa peristiwa robeknya selaput dara masih belum lama terjadi. Dipastikan bahwa peristiwa perkosaan itulah yang telah merenggut keperawanannya. Setelah mengamati dengan seksama alat kelamin wanita itu kini dokter beralih ke anus wanita pingsan tersebut yang juga nampak memar. Terdapat benjolan di sekitar anus yang cukup besar sehingga hampir bersinggungan dengan wilayah vaginanya. Terlihat noda darah yang mengering di mulut anus wanita itu. Berarti pelaku perkosaan tidak hanya melakukan perudungan seks vaginal tetapi juga anal. Setelah membuat catatan-catatan untuk kepentingan pembuatan visum dokter segera memerintahkan suster untuk melepas kait penahan kaki. Kemudian dokter mengambil sebuah suntikan serta sebotol kecil cairan warna oranye dari dalam saku baju putihnya. Dokter membuka penutup jarum suntik dan memasukkannya ke dalam botol kecil berisi cairan oranye tersebut melalui tutupnya yang terbuat dari karet. Sekitar 5 mL cairan disedot oleh alat suntik itu. Selanjut dokter meminta suster untuk memiringkan tubuh wanita pingsan tersebut. Dokter akan menyuntikkan obat pencegah kehamilan melalui bokong wanita pingsan itu. Setelah menggosok wilayah bokong wanita itu yang akan disuntik dengan kapas beralkohol, jarum segera ditancapkan setengahnya ke bokong wanita tersebut. Tidak ada respon yang terlihat. Cairan oranye itu dengan lancar bergerak masuk ke tubuh wanita pingsan itu melalui bokongnya. Tidak lama kemudian seluruh cairan telah disuntikkan ke tubuh wanita itu dan dokter segera pergi meninggalkan ruangan.

Pukul delapan pagi menunjukkan tanda-tanda bahwa wanita pingsan itu mulai siuman.

“Aakkkhhhh…….aaddddduhhhhh………….aadduuhhhhhhhh hhhh”

Wanita itu rupanya mulai merasakan nyeri di vagina dan anusnya akibat perbuatan biadab orang-orang terhadap tubuhnya. Suster yang menjaga di ruangan itu segera mendekati wanita yang mulai siuman tersebut.

“ddiiiii…..ddiimanna…..aakuu…….” Suara wanita itu masih bergetar.

“Tenang..mbak aman di sini…..Ini adalah rumah sakit…..” Suster menjawab.

Wanita yang siuman itu kini menyadari tubuhnya yang telanjang di bawah selimut. Seketika ia teringat kejadian semalam yang menyebabkan kehormatannya terenggut paksa. Seketika itu pula jerit histerisnya mulai keluar

“Aaaaaa………..ttiiiiiddaakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk……………… ………….”

Wanita itu mulai menangis meraung. Suster berusaha untuk menenangkan wanita muda itu. Tetapi gerakan wanita yang mulai liar itu membuatnya kewalahan. Rupanya perasaan shock yang mendera wanita muda itu menyebabkan ia berperilaku liar seperti itu. Jerit tangisnya melengking tinggi memenuhi ruangan berukuran 6m x 6m itu. Akhirnya suster menekan bel untuk meminta pertolongan perawat lain. Tidak lama kemudian beberapa orang suster datang ke tempat. Tidak ada cara lain kecuali memberikan obat penenang agar wanita itu tidak berlaku semakin liar. Dua orang suster memegang tangan wanita itu dan tubuhnya dibuat tengkurap.

“Ttttiidaaakkkkk…..llleeepassssssssssskaannnn…………… .” wanita itu terus menjerit.

Dengan cepat suster menyuntikkan obat penenang melalui bokong wanita itu dan lambat laun suara teriakan wanita itu mulai melemah. Suster melepas pegangan tangannya dan mengembalikan wanita itu ke posisi berbaring. Terlihat mata wanita itu yang sayu serta air mata yang telah meleleh keluar. Suster di ruangan itu tidak tega melihat kondisi wanita itu. Sebagai sesama perempuan mereka dapat merasakan betapa sakitnya kehilangan harga diri akibat diperkosa. Obat penenang itu akan bekerja selama 3 jam.

Pukul 12 siang tiga orang polwan masuk ke ruangan dimana wanita itu dirawat. Wanita korban pemerkosaan itu sudah mulai sadar dan mulai sanggup menguasai keadaannya.

“Nama anda adalah Afni ?……” Seorang polwan membuka pembicaraan.

Wanita itu mengangguk lemah.

“Anda berprofesi sebagai desainer busana…..? ” Polwan itu melanjutkan pertanyaan.

Kembali wanita itu mengangguk lemah.

“Kami memperoleh kartu identitas saudari dari mobil xenia yang anda kendarai. Anda tinggal di wilayah Jakarta Timur. Apakah anda tinggal bersama keluarga…?”

Wanita itu kini menggeleng.

“Anda tinggal di kontrakan…..”

Kini wanita itu mengangguk lagi.

“Apakah anda bisa menceritakan kronologis kejadian yang menimpa diri anda?”

Kali ini wanita bernama Afni itu hanya terdiam. Bibirnya nampak bergetar. Matanya mulai berkaca-kaca menandakan ada kepedihan yang mendalam dalam lubuk hatinya. Keadaan menjadi hening selama beberapa saat. Sekitar 3 menit kemudian perkataan mulai keluar dari mulut Afni. Meski menyakitkan dia mulai memutar kembali memori yang mengisahkan rusaknya masa depannya sebagai seorang wanita.



FLASHBACK
Sabtu pukul 3 sore itu Afni berada di Pasar Senin. Hari itu dia bermaksud membatalkan pesanan sejumlah kaos yang akan dia desain atas pesanan salah satu instansi pemerintah di Jawa Barat. Kualitas kaos yang tidak sesuai dengan kesepakatan menyebabkan Afni memutuskan untuk mencari supplier lain yang lebih dapat dipercaya dan bertanggung jawab.

“Pokoknya pak saya tidak jadi ambil kaos seperti ini…………….” Afni berucap dengan nada seperti orang berdebat

“Tetapi kaos itu kan sesuai dengan pesanan…..”

“Warnanya sesuai…..ukurannya juga sesuai…Apalagi……”

Terdengar suara berat laki-laki memprotes ucapan Afni.

“Bahan kain ini tidak sesuai dengan yang sudah kita sepakati…” Afni menyanggah pernyataan laki-laki itu.

“Bahan seperti ini tidak mungkin bisa untuk didesain seperti yang customer saya menghendaki..?” Afni melanjutkan perkataan.

“Barang yang neng mau itu harganya sudah naik…jadi tidak bisa dengan harga yang neng tawarkan kemarin…kecuali kalau jumlah kaosnya dikurangi…” Laki-laki itu begitu saja menjawab kekesalan Afni.

“Lantas kenapa kemarin tawaran saya bapak terima…” Afni kini menjawab dengan kesal.

“Lantas neng maunya apa……” Laki-laki itu mulai sewot juga.

“Saya mau uang saya kembali seluruhnya….pesanan dibatalkan…” Afni menjawab dengan nada yang tidak kalah sewotnya.

“Tidak bisa kami sudah menyerahkan uang pesanan ke supplier kaos itu” kembali laki-laki itu menjawab.

“Saya enggak mau tahu pak. Pokoknya pesanan batal dan uang saya kembali…” Afni tetap bersikukuh.

“Kalo begitu silakan aja neng datang ke tempat supplier kaos itu” Kini dengan enteng laki-laki itu menjawab.

“Itu bukan urusan saya. Silakan bapak berurusan dengan supplier itu dan sekarang juga bapak serahkan uang yang saya berikan minggu lalu” Afni terus ngotot.

“Ok. Saya tidak ada uang sekarang. Bila neng mau uang itu kembali hari ini saya antar neng ke tempat supplier itu di Ciledug” Laki-laki itu kini tidak dapat lagi menahan kekesalannya.

“Ciledug….? Saya tidak ada waktu sekarang” Afni berucap.

“Tidak ada waktu sekarang tidak ada juga uang sekarang” laki-laki itu kini berkata dengan nada melunak.

Afni berpikir cepat. Hari ini masih pukul setengah empat sore. Perlu waktu satu jam setengah untuk dapat mencapai Ciledug bila dia dapat menghindar dari kemacetan. Tapi hari ini dia butuh uang itu untuk memesan kaos di tempat lain yang lebih dapat dipercaya. Akhirnya dia mengambil keputusan menyetujui untuk pergi ke Ciledug.

“Baiklah kalau begitu. Antarkan saya ke tempat supplier kaos itu” Afni memberikan keputusannya.

“Hei Tigor bilang pada yang laen saya akan ke Ciledug” Laki-laki itu berkata kepada anak buahnya.

“Beres bang Bingsar”

Segera laki-laki bernama Tigor itu pergi meninggalkan Afni dan laki-laki yang ternyata bernama Bingsar.

“Ayo kita berangkat” Bingsar berkata

“Ayo” Dengan segera Afni menimpali.

Keduanya segera menuju kendaraan masing-masing.

“Tunggu saya di depan pintu keluar parkiran, saya pakai colt diesel” Bingsar berkata lagi.

“Baik, saya pakai mobil xenia warna kuning” Afni menjawab.

Sepuluh menit kemudian Afni sudah berada di depan pintu keluar area parkir Pasar Senin. Masih belum nampak tanda-tanda mobil Bingsar keluar. Sekitar 5 menit kemudian keluar mobil colt diesel warna biru muda. Nampak Bingsar mengeluarkan tangannya memberikan kode kepada Afni untuk mengikutinya. Afni sempat melihat Bingsar tidak sendirian dalam mobil itu. Setidaknya ada 4 orang dalam mobil colt diesel itu yang sempat dilihat oleh Afni. Tapi Afni tidak ingin memusingkan hal itu. Tujuannya hanya satu cepat sampai di Ciledug dan mengambil kembali uang yang telah ia berikan kepada Bingsar.

Pukul 5:30 sore kedua mobil itu tiba ditempat yang dituju. Berarti perjalanan ke Ciledung telah mereka tempuh selama dua jam. Afni sedikit merasa aneh karena tempat yang mereka tuju adalah pertokoan yang sedang dibangun dan tidak ada tanda-tanda bahwa toko itu sudah dioperasikan. Rupanya Bingsar melihat gelagat itu.

“Supplier ku itu namanya Daeng. Dia telah booking salah satu ruko yang sudah jadi. Ada di sebelah sana” Bingsar menunjuk ke arah bangunan lantai empat yang nampak lebih rapi dari lainnya. Lokasinya lebih menjorok ke dalam. Ada sedikit rasa was-was dalam hati Afni. Tetapi melihat masih ada sinar matahari pada hari itu dia merasa sedikit nyaman. Bingsar mengajak Afni ke sana . Mereka berjalan melewati pelataran parkir yang belum diaspal. Ada sebuah mobil jeep land rover terpakir disana. Afni menjadi bertambah lega karena berarti memang ada orang lain di wilayah bangunan tersebut. Di belakang ada 3 orang mengikuti mereka. Mereka adalah orang-orang yang tadi berada satu mobil dengan Bingsar. Afni berfikir pastilah mereka hanya pembantu-pembantu Bingsar. Melihat bentuk badannya mereka lebih layak disebut sebagai preman. Dua orang yang mengenakan oblong tanpa lengan terdapat tato di lengannya. Masing-masing berbentuk seekor ular dan bunga mawar. Satu orang lainnya adalah Tigor juga punya tampang preman meski tidak ada tanda-tanda tato di lengannya. Afni sedikit merasa takut dengan keadaan itu tetapi keinginan untuk segera mendapatkan uangnya kembali mengalahkan segalanya.

“Ayo kita naik ke atas” Bingsar membuyarkan lamunan Afni.

Afni sedikit ragu melihat jalan yang dimaksud Bingsar harus melewati sebuah lorong yang terlihat agak gelap.

“Ayo cepat kita ke lantai empat sebelum hari gelap”

Bingsar berkata sambil berjalan mendahului. Afni segera mengikuti arah Bingsar di belakangnya. Afni melihat bangunan-bangunan yang masih belum selesai dan banyak potongan-potongan kayu berserakan. Hanya butuh sekitar 8 menit mereka sudah tiba di lantai empat. Bangunan dilantai itu terlihat lebih rapi daripada yang sebelumnya mereka lewati. Bingsar segera menuju ke arah rolling door yang terbuka. Ruangan didalamnya diterangi oleh lampu yang tenaganya diperoleh dari mesin generator listrik berukuran kecil.

“Halo kawan kita sudah datang” Bingsar berucap sambil berjalan masuk melewati pintu itu.

“Ayo neng ikut masuk” Bingsar memanggil Afni yang berjalan di belakangnya.

Tidak lama muncullah Afni di depan pintu terbuka ruangan itu.

“Silakan masuk” orang yang ada dalam ruangan itu menyilakan Afni untuk masuk. Ukurannya cukup luas sekitar 12 m x 8 m. Rupanya ruangan itu belum dipasang sekat sehingga terlihat sangat luas.

“Saya Daeng” orang itu memperkenalkan diri dengan mengulurkan tangan.

“Afni” jawab gadis itu dan tangannyapun terulur menerima jabat tangan Daeng.

“Itu di sana kawan saya yang pakai kaos loreng merah namanya Cokro sedangkan satunya lagi Darto”. Kedua nama yang disebut Daeng tadi mengangkat tangannya tanda perkenalan.

“Ok. Bingsar apa yang bisa saya lakukan” Daeng mulai bicara pada pokok persoalan. Bingsar bercerita seluruhnya yang dibenarkan oleh Afni.

“Tetapi mbak Afni pesanan tidak boleh dibatalkan. Kaos sudah terlanjur dibuat. Kami akan rugi dengan pembatalan itu” Daeng berkata.

Tetapi Afni tetap tidak mau menerima kualitas bahan itu hingga Daeng mulai terlihat kesal.

“Ok kalo begitu tunggu di sini akan saya kembalikan uang anda” Daeng berkata.

Setelah itu dia pergi menuju rolling door yang terbuka dan menghilang dalam lorong. Tidak sampai satu menit Daeng telah masuk kembali kali ini bersama Tigor dan dua rekannya. Daeng segera menutup rolling door. Afni sangat terkejut dengan tindakan Daeng itu.

“Mmmee mmmeengapa pintunya ditutup pak…..” Suara Afni seperti tersumbat dalam kerongkongan.

“Tidak apa-apa karena saya akan mengembalikan uangmu tanpa ada orang lain yang melihat…..” Daeng menjawab.

Afni sedikit lega mendengarnnya.

“Tapi ada satu syarat yang harus kau penuhi….” Daeng kembali berkata

“Apa itu…” Afni bertanya kepadanya.

Daeng hanya tersenyum dan tidak menjawab. Matanya terus memperhatikan Afni terutama lekuk tubuhnya yang ramping itu tampak menarik baginya. Dengan menggunakan celana ukuran 3/4 itu semakin menunjukkan kemolekan tubuh Afni terutama sekali bagian bokongnya. Dadanya memang tidak terlalu besar. Mungkin hanya 34A atau B saja. Tetapi yang pasti postur tubuhnya memang menunjukkan kesintalannya yang tidak dapat dipungkiri dari bentuk lengannya yang saat itu menggunakan baju tanpa lengan.

Afni yang diperhatikan begitu rupa merasa risih dengan tatapan itu.

“Apa syaratnya pak….” Kembali Afni berkata.

Daeng seketika buyar lamunan joroknya dan sedikit tergagap dia menjawab

“ehh anu…..eh…..itu….” Daeng menjawab begitu rupa sehingga nampak bahwa saat itu dia telah dirasuki unsur birahi.

“Aku ingin kau melayaniku………” Daeng berkata sedikit lebih tegas setelah berhasil menguasai dirinya kembali.

“Apa…..bapak jangan kurang ajar ya…” Afni nampak tersinggung dengan perkataan Daeng.

“Cepat berikan uang itu kepada saya…” Afni berkata dengan ketus berusaha menegarkan diri meskipun kini detak jantungnya mulai cepat.

“Baiklah…Darto Cokro kalian tahu apa yang harus dilakukan” Daeng berujar

“Beres boss” serentak Cokro dan Darto bergerak mendekati Afni dari belakang. Demikian juga lima orang pria lainnya mendekati Afni. Afni mulai kelihatan panik.

“Aaapppaaa…aaapaaaa… mmaauuu kkkalaliiiiaannnn ssseeebeennnaarrrrnyaaa??” Suara Afni bergetar.

“He he he…..kami hanya pengen merasakan itu….yang ada di balik celanamu….” Tiba-tiba Bingsar berkata seperti itu yang disambut dengan tertawa oleh yang lainnya. Kini rasa panik benar-benar melanda Afni

“Tttttiiddaaakkkkkkk…….aaaakuuuuuuu…tttiiidaaakkk. .mmmaauuu” Suara Afni semakin serak pertanda dia mulai ketakutan.

Dari arah belakang Darto tiba-tiba memeluk Afni. Secara refleks Afni meronta melepaskan diri

“Bbbaaaaajjiiangaaannnn…llllepassssakaaann!!! !!!!”

Ketika berhasil melepaskan diri dari dekapan Darto segera Afni membalikkan tubuhnya dan “Plakkkk!!!!!”. Afni mendaratkan tamparan ke pipi Darto. Darto sama sekali tidak menyangka akan mendapat tamparan itu yang membuatnya sedikit tertegun selama beberapa detik. Kemudian tangan kirinya mengelus pipinya yang mendapat tamparan dari Afni.

“Binal juga cewek ini…..” Darto berkata.

“Kalo binal pasti enak goyangannya…….” Tigor menimpali ucapan Darto.

Afni merasakan gelagat yang tidak baik. Tanpa basa basi dia segera berjalan setengah berlari menuju rolling door yang ditutup oleh Daeng. Ketujuh laki-laki dalam ruangan itu membiarkan saja apa yang dilakukan oleh Afni. Ternyata pintu itu terkunci. Tidak ada jalan keluar selain pintu itu. Daeng membawa kunci rolling door itu.

“Tolong pak buka pintunya….Ambil saja uang saya. Biarkan saya pergi” Afni menghiba.

“Tentu kami akan membiarkanmu pergi tetapi dengan syarat itu tadi…” Daeng menjawab permohonan Afni

“Tttttiidaakkkkkkkkkk…….” Afni mulai menjerit setengah menangis.

“Ayolah manis kami akan memberikan kepuasan kepadamu……” Cokro mulai ikut-ikutan bicara.

“Iyalah…jangan takutlah… Mau diajak melayang ke sorga kok malah takut he he he….” Teman Tigor yang bertato ular itu nampak menyeringai. Matanya memerah. Berarti diapun sudah dikuasai oleh nafsu birahi.

“Iya ayolah cepetan deh dituntasin……udah gak kuat nih…” orang bertato mawar juga ikut berkata.

Afni mulai merasa lemas. Tujuh pria itu memang telah punya niat busuk untuk melakukan ruda paksa pada tubuhnya. “DIPERKOSA” adalah satu hal yang paling mengerikan bagi para wanita termasuk Afni. Selama ini dia hanya mendengar di televisi atau membaca di koran mengenai kasus pemerkosaan. Kini kejadian yang paling ditakutinya itu akan menimpa dirinya. Sekarang empat orang pria mulai mendekati dirinya. Tigor dan dua orang temannya yang bertato serta Cokro menuju kearahnya,

“Ttttiiddaaakkkkk…….jjjajaanngaaannnn ppaakkkssaa ssaayaaaa” Afni terus menghiba dan berusaha beringsut ke tempat lain. Namun kemanapun dia menghindar tidak akan lepas dari kejaran pria-pria yang telah dirasuki hawa nafsu itu.

“Ttttidaaakkk……tttoooooooolonnngggggggggg” Afni berusaha menjerit sekerasnya. Namun di areal bangunan luas yang masih dalam proses penggarapan itu tak akan ada seorangpun yang akan mendengar jeritannya.

“Jjjaangannn…pppaaakkk..jjjjaanngaannnn mmembuattku tttakuttt..” Afni menghiba lagi.

“Tak perlu takut manis….. kau akan puas bersama kami……” Cokro berujar

“Iya bertujuh lagi….kau akan lemas puas dengan kejantanan kami ha ha ha……….”Orang yang bertato mawar mulai berujar mesum.

“Tttiiddaaakkk..jjaangann….ssssayyaa..tttiiddakk…. .mmmaauuuu…” Afni terus menghiba mengharap keempat orang itu tidak memaksanya. Namun tetap saja keempat orang itu terus menghampirinya. Afni sudah akan beringsut lagi tetapi nampaknya sulit bagi dirinya untuk menghindar dari keempat orang yang semakin dekat dengannya itu

“Ttiidakkkkk..lllleepasssskaaaannnnnnnnn…”

Afni menjerit ketika satu tangannya berhasil dicekal Cokro. Afni berusaha menarik tangannya lepas dari tarikan Cokro. Tetapi cengkraman Cokro pada pergelangan tangannya terlalu kuat. Afni bermaksud memberikan perlawanan dengan akan menampar wajah Cokro oleh salah satu tangannya yang masih bebas. Tetapi gerakannya itu kalah cepat dengan gerakan Tigor yang terlebih dahulu menangkap pergelangannya sebelum mendarat ke wajah Cokro.

“Bawa cewek binal itu ke matras” Darto rupanya masih kesal dengan tamparan Afni.

Kini Cokro dan Tigor menyeret Afni yang terus mencoba meronta untuk melepaskan diri menuju matras yang tebalnya sekitar 20 cm. Tampaknya matras double size itu memang sengaja ditempatkan di sana, mungkin buat tukang-tukang bangunan yang ingin beristirahat. Matras itu nampak sudah lusuh. Pasti sudah sejak lama matras itu ada di sana. Kini Tigor dan Cokro sudah mendekati matras itu. Afni semakin panik dan rontaannya semakin kuat. Gadis itu menyadari kalau tubuhnya akan direbahkan di atas matras lusuh itu untuk dinikmati beramai-ramai oleh 7 lelaki yang semuanya telah dirasuki nafsu birahi. Rasa takut untuk melakukan hubungan seks dengan cara dipaksa seperti itu semakin mendera jiwa Afni.

“Ttttiidaakkkkk…lleepassskaaaaannnnn….bbbbaaajjjii nngggaannnnnnnnn……” Afni meronta kuat dan memaki dengan keras di sela-sela nadanya yang sudah terdengar mulai menangis itu. Dua teman Tigor yang bertato itu mengerti kesulitan Cokro dan Tigor untuk menundukkan Afni. Segera orang yang bertato ular membantu mendekap tubuh Afni dari belakang sedangkan yang bertato mawar menangkap pergelangan kaki Afni. Kini tubuh Afni yang meronta-ronta dalam bopongan meraka tidak sanggup lagi untuk menolak direbahkan pada matras itu. Keempat orang yang memegang tubuh Afni itu segera menurunkannya ke atas matras dan masing-masing ambil bagian memegang tangan dan kaki Afni sehingga tubuhnya menjadi terlentang. Cokro dan Tigor menahan tangan Afni sedangkan dua orang yang bertato memegang kaki Afni. Sekarang Afni sudah tidak berdaya. Hanya tangisan keras yang sanggup ia lakukan. Kini Darto mendekati Afni yang tidak berdaya itu. Terlihat senyum nafsunya yang menyeringai. Jakunnya naik turun menahan gejolak birahinya. Gerakan Afni yang terus meronta itu menimbulkan sensasi erotis bagi Darto. Rasanya dia sudah tidak sabar lagi untuk melihat gundukan daging di balik celana dalam Afni yang sebentar lagi akan ditembusnya. Rupanya Darto mendapat kesempatan pertama untuk menikmati tubuh Afni. Kini Darto membuka baju kaos yang ia kenakan. Terlihat banyak bulu-bula dadanya. Dengan posturnya yang agak gendut itu menyebabkan Darto mirip gorilla bila bertelanjang dada. Nyali Afni semakin ciut. Teriakan menghibanya itu tidak seorangpun yang menghiraukan. Dan kini Darto telah berada di depan tubuhnya. Afni sudah sangat panik sekali.

“He he he non binal…..kini saya pengen merasakan kebinalan tubuhmu”

Darto berucap yang membuat Afni semakin menjadi ketakutan.

“Ttiidakkkk..jjaaannggannn…tttooloongg lleepaskannn saaya….” Afni menjerit

Tapi Darto tidak menjawab. Tiba-tiba saja dia langsung menindih Afni dan berusaha mencium leher gadis itu.

“Aaaaagghhhh…….ttiiidddakkkkkk…”

“Llleeepasskkaannnn…..bbaaangggssattttttttt…… …..”

Afni kini meronta jauh lebih kuat. Segala upaya dia lakukan untuk melepaskan diri dari tindihan Darto yang menggumulinya. Terasa sekali nafas Darto di lehernya yang mendengus-dengus. Nampak sekali kalo Darto sudah tinggi hasrat seksualnya. Darto mencium leher Afni yang kepalanya menggeleng ke kanan dan ke kiri. Lidah-lidah Darto menyusuri leher Afni dan sekali-kali melakukan gigitan di sana.

“Aaakkhhh…aaadduhhhh…bbbiiiiinnnaaattannnggggggg…. ”

Afni menjerit kesakitan ketika Darto melakukan gigitan-gigitan yang menimbulkan cupang di lehernya. Jijik sekali Afni merasakan tubuhnya disentuh oleh bajingan yang sedang menggumulinya. Tetapi hanya mengeluarkan airmata sajalah yang Afni sanggup lakukan.

Sekitar 5 menit Darto melakukan pemanasan dengan mencium leher Afni. Kini saatnya bagi dia dan 6 orang temannya untuk melihat aset tubuh Afni yang selama ini gadis itu rahasiakan. Tangan Darto mulai melepas kancing-kancing baju Afni yang tanpa lengan itu. Afni menjadi demikian paniknya

“Ttiidaakkkkk…jjjaaanngannnnnnnnnn…….” Afni kembali menjerit.

Darto melihat betapa bersihnya ketiak wanita yang kini sedang tidak berdaya itu. Pastilah Afni selalu rajin membersihkan wilayah itu sehingga tidak terlihat guratan-guratan kehitaman seperti yang banyak Darto lihat pada cewek-cewek lokalisasi di mana dia sering datang untuk melampiaskan hasrat seksualnya. Enam buah kancing penutup baju Afni kini terlolosi sudah. Dengan kedua tangannya Darto menyibak belahan baju Afni sehingga kini nampaklah BH warna hitam yang dikenakan gadis itu. Ternyata bagian tubuh Afni yang tertutupi baju itu mempunyai warna kulit yang lebih terang daripada warna kulit lengan tangannya atau kakinya. Bagian tubuh yang tertutupi itu terlihat lebih mulus. Meskipun Afni apabila mengenakan baju lengkap tidak menunjukkan bahwa ia mempunyai bagian-bagian tubuh yang ternyata mulus tetapi warna kulit coklat pada tubuhnya adalah daya tarik sendiri. Kulit tubuhnya yang mulus kecoklatan itu semulus milik Adjeng Inez seorang presenter The Scene X Models Lativi. Kini tangan Dartopun mulai merambah ke BH hitam yang Afni kenakan. Afni semakin ketakutan karena sebentar lagi gunung kembarnya akan menjadi tontonan laki-laki yang hasrat seksnya sudah tak terbendung lagi.

“Jjaanngaannnnn………..” Afni berteriak

Tetapi tangan Darto tidak berhenti untuk melepas kait BH hitam Afni yang ada di depan sehingga 15 detik kemudian tangan Darto telah menyibak BH itu ke kanan dan ke kiri.

“Aaaaaa…..bbaaanggggsssaaaatttttttttt…..” Afni berteriak dan menangis. Rasa malu mulai menyelimuti diri wanita itu.

Kini tampaklah dua gunung kembar berukuran 34B yang bergoyang-goyang akibat gerakan Afni yang meronta. Goyangan itu semakin membuat tubuh Afni terlihat erotis sehingga membuat melotot mata laki-laki yang ada di ruangan itu. Darto segera memegang kedua gunung kembar itu dengan kedua tangannya. Secara tiba-tiba kedua tangan Darto melakukan remasan pada payudara yang ada dalam cengkramannya itu.

“Aaaakkhhhhh….aaddduhhhhhh…..bbbbiiinnnaaaattaannn gggggg…”Afni melenguh kesakitan ketika Darto melakukan remasan kasar. Tetapi semua laki-laki yang ada di sana hanya tertawa menyaksikan apa yang diperbuat oleh Darto. Darto melakukan remasan-remasan dan memuntir-muntir puting susu Afni yang berwarna coklat kemerahan. Nampak bilur-bilur merah mulai bermunculan seputar payudara Afni akibat remasan Darto. Darto dapat merasakan kekenyalan kedua gunung kembar Afni. Tidak sabar Darto untuk segera menghisap kedua gunung kembar yang kenyal itu.

“Jjjaaangaaannnnnnnn……………”

Hanya itu yang Afni bisa lakukan ketika Darto mulai mengulum payudaranya. Mungkin sekitar 8 menit Darto bermain-main dengan payudara Afni. Darto terus mencium tubuh Afni bagian dada dan turun ke arah pusar. Dapat dirasakannya betapa halusnya kulit tubuh Afni. Ciumannya terus berelanjut sampai terhalang oleh celana 3/4 bagian atas yang Afni kenakan. Rupanya ciumannya telah mencapai batas pinggang. Dengan tetap melakukan ciuman di daerah antara pusar dan batas atas celana Afni tangan Darto berberilya mencari kancing celana Afni. Gadis yang menyadari bahwa tubuhnya akan ditelanjangi itu berusaha beringsut keras agar Darto tidak berhasil membuka kancing celananya. Namun Darto tetap saja berhasil menemukan kancing itu dan dengan hanya menggunakan satu tangan dia berhasil melolosinya. Dengan gerakan perlahan Darto mulai menurunkan resleting celana Afni.

“Oohhhhh..tttiidddaakkkk………”

“Jjjanangannn bbuukaaa cceelllaanaa ssaayaaa……” Afni terdengar menangis histeris.

Darto tetap tidak merespon apa yang dikatakan oleh Afni. Temannya yang lain hanya menonton Darto mempermainkan tubuh Afni sambil sesekali terlihat seringai nafsu seksual mereka. Akhirnya resleting celana itu sudah sampai pada ujung bagian bawah. Terlihat celana dalam Afni berwarna coklat muda. Kemudian sambil terus mencium bagian perut Afni tangan darto menyusup di balik celana dalam Afni.

“Aaaaaaa……jjjaaanggaannnnnnnnnnnnnnnnnnn……” Afni menjerit kuat.

Tangan Darto dapat merasakan bulu-bulu halus kemaluan Afni. Afni berusaha mengatupkan kedua kakinya yang dipegang oleh dua orang bertato itu. Tetapi pegangan terhadap kakinya terlalu kuat sehingga tanpa bisa dicegah tangan Darto yang menyusup di balik celana dalamnya itu telah menyentuh bagian tubuhnya yang sensitif.

“Tttttiddaakkk….bbaanngggsssaaatttttttttttttt ”

Darto menggesek-gesekkan jemarinya ke permukaan vagina Afni. Masih terasa kering yang menandakan bahwa pemanasan yang dilakukannya tidak membuat Afni terangsang. Malah rasa tertekan dan ketakutan akan diperkosa itu membuat hormon seksualitas Afni tidak berfungsi sama sekali. Hanya takut dan takut sajalah yang ada dalam jiwa Afni.

Selama lebih kurang 10 menit Darto bermain pemanasan. Kini sudah saatnya dia melihat apa yang ada di balik celana 3/4 Afni. Darto kini bangkit dengan mata memerah menahan gejolak nafsu.

“Dekatin kedua kakinya….” Hanya itu yang Darto katakan.

Kedua orang bertato itu mengerti maksudnya bahwa Darto akan segera benar-benar menelanjangi Afni. Dan benar saja Darto segera memegang ujung atas celana Afni dan dengan kekuatan penuh dia pelorotkan hingga betisnya.

“Jjaaangaannnn…….bbbbiinnaataangggggggggggg…… ” Afni mengumpat dalam tangisnya.

Kini celana dalam warna coklat itu terpampang jelas. Celana itu nampak agak tipis dan elastis sehingga melekat erat pada tubuh Afni menutupi bagian vitalnya yang selama ini gadis itu rahasiakan. Tipisnya celana dalam itu tidak dapat menyembunyikan bulu-bulu kemaluan Afni yang menerawang. Tetapi celana itu tidaklah lama di sana. Dua tangan Darto kini mulai beraksi dan sekali sentak robeklah celana dalam coklat yang Afni kenakan.

“Jjjaaangaannnn….bbbaaanggssattttttttttt..kkauuuuu ……..”

Celana dalam coklat yang robek itu tidak terlepas dari tubuh Afni. Rupanya hanya satu lingkarannya saja yang putus sedangkan yang satunya lagi masih melingkar di pahanya. Darto membiarkan saja celana dalam coklat yang robek itu dan melorotkannya ke bawah hingga ke tengah paha Afni. Kini bulu-bulu kemaluan Afni terlihat. Sungguh rapi bulu-bulu itu. Hal itu menunjukkan bahwa Afni adalah gadis yang memiliki perhatian terhadap keindahan tubuh. Semua laki-laki di ruangan itu menelan ludah melihat bulu-bulu kelamin Afni. Tubuhnya yang sawo matang terang itu semakin nampak menggairahkan. Darto mencoba menyingkap bagian pangkal paha Afni untuk melihat lebih jelas bentuk alat kelaminnya. Afni menjerit ketika kedua tangan Darto menyibak pangkal pahanya

“AAAAAAaaaaaa ……….jjjaangaannnnnnnnnnnnnnnnnnn…………………..”

Afni merasa semakin malu karena tatapan mata nafsu beberapa pria yang mencoba melongok ke arah bagian tubuhnya yang paling vital. Meski tidak nampak jelas karena kedua regangan kaki Afni terhalang oleh celana 3/4 yang masih ada di betisnya tetapi penyibakan pangkal pahanya oleh Darto dirasakannya pelecehan yang paling dalam. Nampaknya darto tidak cukup puas dengan hanya menyibak pangkal paha Afni. Dengan cepat dilolosinya celana 3/4 Afni dan tidak lupa pula celana dalam coklat mudanya yang sudah robek itu.

“Pentang kakinya lebar-lebar…..Gue pengen liat kaya apa punyanya…” Darto berkata kepada dua orang bertato yang memegang kaki Afni.

“Tttiddakkkk….jaanngaannnn…..”

Akhirnya kedua orang bertato itu membuat posisi kaki Afni menjadi mengangkang sehingga alat kelaminnya menjadi terbuka dan terlihat dengan jelas. Rontaan Afni untuk mencoba mengatupkan kedua pahanya tetap saja sia-sia. Darto mulai menyentuh bagian sensitif itu.

“Bbaajjingaaannnnnn….llleeepaaasskannnnnnnnnnnn..! !!!!!!!!!”

Tanpa mempedulikan teriakan Afni dengan menggunakan dua ibu jari Darto melebarkan vagina gadis itu sehingga tampaklah bagian dalamnya. Sesaat Darto mengosok-gogok klitoris vagina itu dengan ibu jarinya dan beberapa detik kemudia mengarahkan kepalanya ke selangkangan Afni

“AAAggggggghhhhhhrrrrrrrrrrrrrr……………………..” Afni menjerit.

Darto telah memulai serangan seksualnya dengan cara menjilat vagina Afni. Dapat dirasakannya aroma khas kemaluan milik perempuan. Afni sungguh malu sekali diperlakukan demikian. Lidah Darto yang menyusup-nyusup di belahan vaginanya terasa menyayat lubuk hatinya. Sungguh Afni merasa malu yang amat sangat karena alat kelamin yang selama ini ia tutupi dan dia rahasiakan kini sedang dijilat dan dipermainkan oleh lidah laki-laki yang menurutnya berperilaku seperti binatang dengan tatapan hasrat nafsu birahi beberapa kawannya yang nampak sekali ingin melakukan hal yang sama seperti yang saat ini sedang Darto lakukan. Mungkin dalam pikiran pria yang menonton Darto itu betapa licin dan nikmatnya rasa vagina Afni. Ada sekitar 7 menitan Darto mempermainkan alat kelamin Afni dengan lidahnya. Ketika dia rasa jilatannya telah cukup membasahi alat kelamin Afni yang hanya mampu mengeluarkan erangan dan lenguhan yang terdengar erotis sejak Darto mengawali serangan oralnya laki-laki itu segera beringsut dari selangkangan Afni dan dengan tidak sabar melucuti pakaiannya sendiri. Kini tubuh telanjang Darto memperlihatkan alat kejantanannya yang telah mencuat tegang. Ukuran penisnya yang lumayan besar itu cocok dengan tubuh Darto yang sedikit tambun. Segera laki-laki yang telah dikuasai hasrat nafsu birahi itu kembali mendekati Afni yang semakin meronta dengan kuat melihat bentuk penis Darto yang baginya sangat mengerikan itu. Terbayang olehnya sebentar lagi alat mengerikan itu akan memasuki dirinya….

“Tttttiiiiddaaaakkkk….jjjjjaaannngaannnnnn….. ”

Afni menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tidak rela kalau tubuhnya akan disetubuhi paksa oleh Darto. Tapi Darto yang seorang rentenir itu hanya menyeringai dengan tatapan mata penuh nafsu….

Kini pria itu telah memposisikan dirinya lagi diantara kedua paha Afni yang terpentang lebar dipegangi dengan erat oleh dua preman bertato itu. Sesaat Darto mengelus-elus paha bagian dalam Afni merasakan betapa lembutnya bagian itu. Meski berkulit tubuh coklat tetapi kemulusan tubuh Afni tetap dapat dia rasakan. Sungguh berbeda sekali dengan WTS murahan yang sering dia booking yang mana sudah warna kulitnya coklat kehitaman itupun banyak dihiasi oleh sisik-sisik putih sehingga sama sekali tidak dapat dikatakan halus apalagi mulus. Kini Darto bersiap melakukan penetrasi. Diarahkannya penisnya yang telah tegang itu ke lobang kenikmatan milik Afni.

“Jjjaangggannnn……jjjaanngggannnnnn….ppaakkkks aa saayyaaaaaaaaaa….”

Kini Afni berusaha mati-matian meronta mempertahankan kehormatannya. Gadis itu menggoyang pinggulnya ke kiri dan ke kanan berusaha menghindari penis Darto yang mencari jalan untuk menyelusup ke liang kenikmatannya.

Daeng dan Bingsar yang menonton Darto berusaha keras untuk menyetubuhi Afni tersenyum terkekeh memperhatikan perjuangan Darto. Memang benar Afni sungguh binal…..Tetapi tubuh yang binal sangatlah mengasyikan untuk dinikmati….Tubuh binal biasanya memberikan kepuasan birahi yang dahsyat……Itu yang berkecamuk dalam pikiran Daeng dan Bingsar.

Darto yang kesulitan untuk memasukkan penisnya ke dalam vagina Afni segera menahan kedua pinggul Afni dengan kedua tangannya sehingga Afni tidak dapat beringsut ke kanan dan ke kiri dengan leluasa. Dengan cara menggerakkan pinggulnya Darto berusaha memposisikan penisnya ke alat kelamin Afni. Kini dia telah menemukannya. Kepala penis itu telah dirasa bersentuhan dengan bibir vagina Afni.

“Jjjjaaangaaannnnnnnn……………….” Afni menjerit ketika kepala penis Darto telah menyentuh bibir kemaluannya dan dirasa mulai melesak ke liang senggamanya itu.

“Jjjangannn..llaaakuukkkaannn…jjjaangggannnnnnnnnn ” Afni terus menjerit menghiba.

Tetapi Darto sudah tidak sabar lagi untuk segera terbang ke nirwana kenikmatan. Dengan segenap tenaga dia mendorong pinggulnya dengan keras ke arah selangkangan Afni

“Tttttiidddaakkkkkk…aaaakkhhhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!! !!!!!!!!!!!!!!!!!!”

Afni menjerit keras dan melengking. Tubuhnya melengkung ke atas. Kepalanya menengadah ke belakang. Tampak matanya yang membelalak. Ia merasakan perih dan nyeri menyerang bagian selangkangannya. Beberapa detik kemudian tubuhnya yang mengejan itu kembali normal dan selanjutnya tubuhnya berguncang-guncang diselingi teriakan-teriakan kesakitannya

“Akkkkkhhh…..aaddduuhhhhhh….adduhhhhhhhhhhhhh …”

“Akkkhh……..aakkhhhhhhhhhh…..ssssaaakitttttttttttt…..”

“Pppeerriiiihhhhhhhhhhhhh………”

“Aakkhhhh..ttiitdaakkk……”

“AAaaaddddduuhhhhhhhhhhh…………”

Darto menyenggamai tubuh Afni dengan kasar. Dia memompa tubuh tidak berdaya itu dengan cepat dan meggebu-gebu. Mungkin laki-laki itu melampiaskan kekesalannya akibat tamparan Afni. Tetapi yang pasti 15 menit kemudian Darto mulai mengerang nikmat. Tampaknya Darto sedang naik menuju puncak kenikmatan. Kini Darto makin terengah-engah dan beberapa detik kemudian dia menggeram keras dengan kepala menengadah dan mata terpejam. Rupanya laki-laki itu telah mencapai klimaks dan memuntahkan lahar panasnya ke dalam tubuh Afni. Beberapa detik kemudian Darto mulai tampak meloyo dan segera mencabut penisnya dari dalam liang kenikmatan Afni. Tampak warna merah di batang penisnya. Demikian juga pada vagina Afni. Beberapa saat kemudian terlihat cairan putih kemerahan mengalir keluar dari liang senggama Afni. Sperma Darto yang keluar itu turun ke bawah membasahi anus Afni sebelum akhirnya menetes ke matras. Darto sungguh perkasa. Dia melakukan persetubuhan dengan Afni hampir selama 18 menit. Mungkin dia minum obat kuat sehingga bertahan selama itu.

Kini ganti Tigor berhasrat menyetubuhi Afni. Tangan Afni yang dilepas oleh Tigor kini dicengkeran oleh Cokro sehingga kedua tangan Afni kini ada dalam kekuasaannya. Tigor segera melepas celana jeans lusuhnya dan memposisikan dirinya di antara dua paha Afni. Dilihatnya vagina Afni yang masih meneteskan darah. Tetapi Tigor tidak peduli. Lelaki agak kurus dengan rambut gondrong itu ingin segera menyalurkan birahinya pada tubuh Afni yang sedang tidak berdaya dan hanya bisa menangis itu.

“Aaggghhhhrrrrrrrrr………………”

Kembali Afni menjerit tatkala penis Tigor memasuki tubuhnya. Tigor langsung memompa tubuh Afni dengan cepat. Sesekali dilihatnya wanita yang sedang diperkosanya itu menggelengkan kepala ke kanan dan ke kiri sambil sekali-sekali menggigit bibir bawahnya. Buah dadanya bergoyang ke sana ke mari memperlihatkan kekenyalannya seirama dengan sodokan-sodokannya. Mata wanita itu terpejam. Hanya erangan dan lenguhannya yang terdengar erotis itu semakin membuat birahinya terus memuncak. Tiba-tiba dia melihat Cokro yang semula berada di atas kepala Afni sedang memegangi kedua tangan wanita yang sedang diperkosanya itu beringsut ke dada Afni dan posisinya memunggunginya. Sesaat dirasakan olehnya tubuh Afni mengejan. Tigor tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Cokro dan dia tidak peduli. Tigor terus memompa dan memompa berpacu dengan hasrat birahinya untuk mencapai ke puncak kenikmatan. Satu yang dia rasakan berubah adalah erangan Afni yang kini seperti lenguhan tertahan. Sekitar 10 menitan diperlukan Tigor untuk dapat mengerang menyemprotkan cairan birahinya ke dalam tubuh Afni. Kini tubuh Tigor dengan senyuman kenikmatan itu mulai loyo dan batang penisnya mulai menyusut. Segera dikeluarkannya batang kejantanannya dari liang vagina Afni dan Tigor segera terlentang lemas di sisi matras. Mungkin laki-laki itu masih merasakan betapa nikmatnya tubuh Afni yang baru saja diperkosanya itu. Jepitan liang kenikmatan Afni sungguh luar biasa. Belum pernah Tigor melayang ke nirwana seperti ini. Sungguh beda dengan WTS kelas teri yang mangkal di pinggir jalan di mana Tigor sering jajan untuk menyalurkan hasratnya.

Kini ganti pria bertato mawar menggantikan posisi Tigor. Rupanya dia telah mengeluarkan batang penisnya dari balik resleting celana komprangnya. Penis kuli Pasar Senen itu nampak lebih besar dari milik Darto apalagi dibandingkan dengan milik Tigor. Pria bertato mawar itu tidak lagi mempedulikan darah yang mengalir dari vagina Afni yang telah membasahi matras. Dia tahu kalo wanita yang baru saja disetubuhi oleh dua orang itu mengalami pendarahan. Tapi keinginan untuk menyalurkan nafsu birahinya pada tubuh yang sekal itu jauh lebih kuat daripada rasa belas kasihannya. Dua kali erangan kenikmatan yang diteriakkan oleh Darto dan Tigor sudah cukup bagi pria bertato mawar itu membuktikan bahwa tubuh Afni memberikan kenikmatan yang betapa luar biasa. Tanpa menunggu lama segera dia menancapkan penis besarnya itu ke dalam liang vagina Afni. Dirasakannya tubuhAfni mengejan hebat namun tidak mengeluarkan suara lengkingan kesakitan sebagaimana saat Tigor memasuki tubuh wanita itu.

“Hhhheeggghhhhhrrrrhhhmmmmmmmmmmmmmmm………………………………..”

Hanya erangan tertahanlah yang dia dengar. Rupanya Cokro yang melakukan perkosaan oral telah menyumbat mulut Afni dengan batang penisnya. Penis Cokro memang tidak panjang. Tetapi diameternya yang cukup besar itu telah mampu untuk meredam suara erangan dan lenguhan erotis Afni. Tampak seluruh penisnya melesak masuk ke dalam mulut Afni. Tangan Cokro masih memegang erat kedua pergelangan tangan Afni di atas kepala wanita itu. Kini tampak tanda-tanda Cokro akan ejakulasi. Mata Cokro mulai terpejam merasakan hangatnya lidah Afni yang bersentuhan dengan penisnya. Gerakan ke luar masuk penisnya di mulut Afni semakin cepat. Akhirnya terburailah segalanya. Afni terlihat gelagapan dengan cairan kental yang menyemprot dari batang penis Cokro dalam mulutnya. Tetapi mulutnya tidak sanggup melepaskan diri dari batang penis laki-laki itu yang seluruhnya melesak masuk kedalamnya.

“Huuggkkkhhhhh…hhuuueekkhhhh…….” Afni nampak tersedak.

Untuk beberapa saat penis Cokro tetap tidak bergeming untuk keluar dari mulut Afni. Cokro masih ingin merasakan denyut-denyut kenikmatan yang menjalar di penisnya menuntaskan semprotan terakhir cairan sperma ke dalam mulut Afni. Sebagian cairan kental putih itu dengan terpaksa ditelan Afni agar rasa asin pahit itu segera sirna dari lidahnya. Akhirnya serangan oral itu selesailah sudah. Cokro telah mengeluarkan batang kejantanannya dari dalam mulut Afni. Masih nampak lendir sperma menempel pada batang penisnya yang mulai loyo itu. Tampak juga sisa sperma yang mengalir ke luar dari sela-sela bibir Afni menjalar ke bawah melewati pipinya yang halus itu.

Di wilayah selangkangannya pria bertato mawar itu masih terus memompa vaginanya. Afni kini hanya diam pasrah. Matanya yang sayu terus mengalirkan air mata menandakan kepedihan hatinya. Rasa sakit hilang harga dirinya jauh lebih besar daripada rasa sakit di seputar selangkangannya. Sebelas menit kemudian laki-laki itu ejakulasi di dalam vagina Afni. Cairan putih kental kemerahan menyusup keluar dari sela-sela pertemuan batang penis dengan dinding vagina. Segera dicabutnya batang penis miliknya dan beringsut dari tubuh Afni. Tampak vagina yang memar berdarah itu menganga untuk beberapa saat ketika pria bertato mawar itu mencaput batang kejantanannya. Kini vagina itu bentuknya tidak sempurna. Dua labium mayora-nya telah membengkak sehingga bibir vagina Afni tampak menggelembung. Disela-sela pertemuan dua daging yang menggelembung itu darah masih tampak mengalir. Mungkin pemerkosa ketiga yang menyetubuhinya itu makin memperparah bekas robekan selaput dara Afni.

“Gue pengen coba pantatnya………..”Tiba tiba pria bertato ular berkata.

Afni yang sedang lemas lunglai itu terkesiap mendengar ucapan pria bertato ular itu. Tubuhnya yang sedang lunglai itu dipaksakannya untuk bangkit. Gerakannnya itu menyebabkan nyeri dan perih di selangkangannya semakin menjadi-jadi. Tetapi rasa ketakutan yang amat sangat mendera jiwanya manakala pria bertato itu berhasrat dengan bokongnya yang juga sekal itu. Afni tahu benar bahwa pria bertato ular itu bermaksud melakukan sodomi padanya. Afni tidak mampu membayangkan betapa sakitnya bila pria bertato yang berpostur besar kekar itu melesakkan batang kejantanannya ke dalam saluran pembuangannya. Afni terus beringsut mundur ketika pria bertato itu mendekat. Dilihatnya pria itu mulai menurunkan resletingnya dan melorotkan celana jeans pendek lusuhnya ke lantai. Celana dalamnya juga segera dia turunkan dan nampaklah batang kejantanannya yang besar. Sama besar dengan milik pria bertato mawar. Afni langsung merasa lemas seluruh persendiannya.

“Jjjjaaangaannnn…….Jjjaannngaann……………..”

“Sssayyaaaa…..ttiiidakkkk…mmaauuu………….” Afni merintih dan menghiba.

Tetapi pria bertato ular itu dengan seringai nafsu birahinya tetap mendekati Afni.

“Tunggingin cewek binal ini……”

Pria bertato ular itu berkata pada teman-temannya yang sudah merasakan nikmatnya tubuh Afni. Tanpa diminta untuk kedua kalinya Darto, Cokro, Tigor dan pria bertato mawar itu menunjukkan rasa setia kawannya kepada temannya yang berhasrat mencicipi lobang kenikmatan alternatif milik Afni. Sedangkan baik Bingsar maupun Daeng hanya terkekeh melihat ketakutan yang diperlihatkan wajah Afni.

“Jjjaangaannnn…………tttiiddakkkkkkkkkkk….” Afni menjerit.

Tetapi tubuhnya yang lemah itu tidak sanggup lagi memberikan perlawanan berarti manaka empat orang pria menangkap tubuhnya kembali dan memaksanya untuk menungging. Darto dan Cokro memegang kedua pundak dan lengan kanan kiri Afni dan menekannya hingga ke matras. Dengan kondisi menungging seperti itu tidaklah mungkin bagi Afni cukup tenaga untuk bangkit. Sedangkan kedua kakinya hanya dipegang oleh pria bertato mawar. Tigor rupanya memilih memegang bongkahan pantat Afni dan menyibakkan bongkahan sekal itu sehingga anusnya menjadi terlihat dengan jelas. Lobang berwarna coklat kemerahan itulah yang akan menjadi sasaran kejantanan pria bertato ular itu.

“Bbbbinnnaaattaanng……llleeepasssskaannnnn!!!! !!” Afni menjerit lagi.

“Bbbiiaaddaabbbbb…..kkkkaaalliiaaannnnn………” Afni memaki.

Tigor hanya tersenyum dan tangannya tetap berupaya melebarkan bongkahan pantat Afni. Pria bertato ular itu memposisikan kakinya sedikit di belakang paha Afni yang menungging dan menapak pada sisi luar kanan dan kiri betis kaki wanita yang akan disodominya itu sehingga ia tetap berdiri. Kemudian ia menggosok-gosokkan batang penisnya ke bibir vagina Afni untuk membasahi batang kejantanannya dengan lendir yang masih tersisa di sana.

“Jjjaangaannn..lllaakkuukannn…..jjaangannnn….tttto olloonngggg” Afni mulai menangis keras lagi. Tiba-tiba terdengar lolongannya yang menyayat.

“AAAAkkkkkkhhhhhhhhh………………………..AAAAAkkkkkhhhhhhhhh hhhhhhh!!!!!”

Pria bertato ular itu secara tiba-tiba dan keras menancapkan batang kejantanannya ke bokong Afni. Tampak jelas anus Afni yang melesak ke dalam terdorong oleh penis besar pria bertato ular itu. Pria bertato ular itu masih memasukkan batang penisnya kira-kira 1/4 bagiannya dan bertahan beberapa saat lamanya. Mungkin ia sedang menikmati jepitan lobang dubur Afni yang baru dilesakinya itu. Kemudian dengan memegang pinggul Afni perlahan dia mulai penetrasi masuk lebih dalam lagi.

“AAAaaddduuhhh….AAAdduuuhhhh…..Sssssaakiitttt ……”

“SSSaaaaakkkiitttttttt……” Afni terus menjerit dan melolong.

Afni merasakan ngilu yang luar biasa ketika penis pria bertato ular itu melesaki liang anusnya. Kepala Afni berdenyut-denyut. Matanya terasa berkunang-kunang. Sungguh betapa luar biasa sakitnya seks anal itu bagi dirinya.

“AAAaaakkkhhhhh……hhheennttiikkkaaannnnn!!!!!” Jerit Afni meminta pria itu untuk tidak terus mendorong penisnya masuk lebih dalam lagi ke dalam liang duburnya. Pria bertato ular itu tetap tidak peduli hingga seluruh batang kejantanannya melesak masuk ke dalam anus Afni. Kemudian mulailah pria itu memompa ke atas dan ke bawah.

“AAAdddduuhhhhh……..AAAdduuhhhhhhhh….AAAkkkhhh hhhh”

“AAAdduhhhh..pppeeeriihhhhh…….Akkkkhhhh…”

“Sssaakkitt ssseekkkaaliiii….aaadduuhhhh…ssssakkittt”

Afni hanya mampu mengerang kesakitan. Tangannya meremas kain matras kuat-kuat berusaha menahan rasa ngilu yang luar biasa pada duburnya.

Sudah 15 menitan pria bertato ular itu menyodominya. Di sekitar lingkaran duburnya tampak buih-buih putih kemerahan. Lamanya sodomi itu ternyata selain menimbulkan busa juga menimbulkan luka lecet yang mengeluarkan darah akibat gesekan batang penis besar laki-laki itu dengan dinding saluran pengeluarannya. Menit ke-17 pria itu semakin cepat memompa dan sodokan-sodokannya semakin brutal. Sodokan brutal ini menyebabkan tubuh Afni berguncang ke depan dan ke belakang tetapi tetap tidak jatuh karena Cokro dan Darto memegang erat pundak dan lengannya.

Pria itu semakin brutal…

dan brutal……

Tiba-tiba tidak terdengar lagi suara Afni yang mengerang-erang kesakitan. Juga tidak terlihat lagi jemarinya mencengkeram erat kain matras. Pria bertato ular itu menyadari bahwa Afni telah pingsan akibat sodomi brutal yang dilakukannya. Tetapi itu tidak menyurutkan nafsunya untuk segera menggapai kenikmatan puncak. Dan akhirnya

“aaaaahhhhhhhhhhhhhhh……….” Pria bertato ular itu mengeluarkan suara menggeram pertanda dia sudah mencapai klimaks. Tidak lama kemudian dicabutnya batang penis miliknya yang baru saja dilesakkan ke dalam dubur Afni dalam-dalam hingga pangkalnya. Tampaklah noda darah melumuri batang penis itu bercampur dengan lendir sperma. Untuk beberapa saat lobang dubur Afni menganga lebar meski penis yang baru saja melesakinya telah dicabut. Besarnya batang kejantanan pria bertato ular itu mungkin mengurangi elastisitas dubur Afni sehingga tidak segera kembali menutup. Leleran darah keluar dari dubur yang menganganga itu membasahi vaginanya sebelum jatuh menetes di matras.

“Ayo kita cabut…..kita sudah memberi pelajaran padanya…” Daeng berkata.

Tampaknya Bingsar dan Daeng tidak berminat ikut menikmati tubuh Afni. Mungkin karena wanita itu sudah pingsan sehingga tidaklah nikmat bila tidak mendengar erangan kesakitannya yang erotis atau goyangan rontaannya yang binal itu. Atau mungkin juga karena dua lubang kenikmatan Afni itu telah melar dan berdarah-darah akibat perkosaan brutal yang dilakukan anak buahnya. Kini waktu telah menunjukkan pukul 11:40 larut malam. Gerombolan durjana itu meninggalkan tubuh Afni yang sedang pingsan di atas matras. Mereka tidak peduli dengan tubuh telanjang itu. Bagi mereka kenikmatan yang telah diberikan oleh tubuh telanjang yang pingsan itulah yang paling penting untuk mereka rasakan. Beberapa menit kemudian dua buah mobil keluar dari areal pembangunan pertokoan itu dan menghilang di kegelapan malam.

Penasaran mau lanjutin Membaca “TIrai Kelabu”  »»

Pengunjung :

Jumlah Pengunjung Sejak 13 September 2008 :
Website counter
Tolong tinggalkan pesan di kolom pesan pengunjung ya

My Friend online :

Lintas Berita News :