My Friendster (www.sasmiyanti.co.cc)

Jumat, September 05, 2008

Kepuasan Dalam Perselikuhan..

Awalnya aku hanya iseng mengobrol mengisi waktu luang di waktu jam
istirahat, Namun lama-kelamaan Dewi salah satu staffku yang agak manis
malah penasaran dan bertanya lebih jauh tentang orgasme. Ya sebuah
misteri yang kelihatannya mudah namun susah diungkapkan.

Memang banyak sekali wanita yang belum sadar akan arti pentingnya sebuah
orgasme, bahkan menurut penelitian hanya 30% wanita yang dapat meraih
orgasme, banyak hal-hal yang mempengaruhi wanita dalam meraih orgasme,
baik dari faktor si wanitanya ataupun dari faktor prianya atau bahkan
dari suasana, perasaan, dll. Termasuk Dewi salah satu staffku ini,
selama menikah 2 tahun lalu, dia belum tahu apa itu orgasme, yang dia
tahu hanya rasa enak saat penis suaminya memasuki kewanitaannya, Dan
berakhir saat penis suaminya menyemprotkan cairan hangat kedalam
kewanitaannya.



Aku hanya geleng-geleng kepala mendengar ceritanya, lalu aku korek lebih
jauh tentang perasaan, foreplay, gaya, waktu, dan lain-lain tentang
hubungannya dengan suaminya, Dengan malu-malu Dewi pun menceritakan
dengan jujur bahwa selama ini memang dia sendiri penasaran dengan apa
yang namanya orgasme namun dia tak tahu harus bagaimana, yang jelas saat
berhubungan dengan suaminya dia cukup foreplay, bahkan suaminya senang
mengoral kewanitaannya sampai banjir, dan selama penis suaminya masuk
sama sekali tidak ada rasa sakit, yang ada hanya enak saja namun tidak
bertepi, rasanya menggantung tidak ada ujung, dan tahu-tahu sudah
berakhir dengan keluarnya sperma suaminya ke dalam kewanitaannya.

“Kira-kira berapa lama penis suami kamu bertahan dalam kewanitaan kamu?”
tanyaku.
“Mungkin sekitar 10 menit” jawabnya pasti.
“Gaya apa yang dipakai suami kamu?”
“Macam-macam, Pak, malah sampai menungging segala”
Aku hanya tersenyum mendengar jawabannya yang polos.
“Kira-kira berapa besar penis suami kamu?”
“Berapa ya?, saya tidak tahu Pak!” jawabnya bingung.
Akupun jadi bingung dengan jawabannya, tapi aku ada tidak kekurangan akal.
“Waktu kamu genggam punya suami kamu pakai tangan, masih ada lebihnya
tidak?”
Dewi diam sejenak, mungkin sedang mengingat-ingat.
“Kayanya masih ada lebih, pas kepalanya, Pak!”
Aku tak dapat menahan senyumku.
“Maksud kamu, ‘helm’nya masih nongol?”
“Ya!” Dewipun tersenyum juga.

Aku suruh tangannya menggenggam, aku pandangi secara seksama tangannya
yang sedang mengepal, yang berada dalam genggamanku, sungguh halus
sekali, Namun aku sadar bahwa aku ditempat umum.
“Aku perkirakan penis suami kamu berukuran 10-14 cm, berarti masih
normal, Wi!”
“Bagaimana dengan kekerasannya?” tanyaku lagi.
“Keras sekali, Pak, seperti batu!”

Aku diam sejenak mencoba berfikir tentang penghambatnya meraih orgasme,
sebab dari pembicaraan tadi sepertinya tidak ada masalah dalam kehidupan
seksnya, tapi kenapa Dewi tidak bisa meraih orgasmenya?

“Kok diam Pak?”
“Aku lagi mikir penyebabnya.”
“Apa mungkin masalah lamanya, Pak? Sebab sepertinya saya sedikit lagi
mau mencapai ujung rasa enak, tapi suami saya keburu keluar” terangnya.
Aku diam sejenak, mencoba mencerna kata-katanya, tapi tak lama Dewi
sendiri membantahnya.
“Tapi, tidak mungkin kali, Pak, sebab biarpun kadang lebih lama dari
sepuluh menit, tapi tetap saya merasa hampir di ujung terus, tanpa
pernah terselesaikan.”
Aku sedikit mengerti maksudnya,
“Maksud kamu, kalau 10 menit kamu maunya semenit lagi? Namun kalau 12
menit atau 15 menit pun kamu maunya tetap semenit lagi?” tanyaku.
“Ya, betul, kenapa ya Pak?”
Aku kini mulai mengerti posisi sebenarnya, kemungkinan besar ada titik
dalam vaginanya yang belum tersentuh secara maksimal, Itu kesimpulan
sementara, Namun aku belum sempat mengucapkan apa-apa, keburu jam
istirahat kerja habis.
“Ya udah Wi, nanti kita terusin via SMS, oke?”
“Oke deh!” sahutnya riang sambil meninggalkan aku.

Di meja kerjaku, aku kembali memikirkan benar-benar masalah yang Dewi
hadapi, sebenarnya ada niat untuk memanfaatkan kesempatan dalam
kesempitan, karena setelah aku pikir-pikir Dewi punya kelebihan di Buah
dada dan pantatnya yang besar juga kulitnya yang bersih dengan bulu-bulu
halus, Namun Dewi akrab dengan istriku, dan aku sendiri kenal sudah lama
dengannya dan suaminya, ini yang jadi masalah, Lama aku berfikir,
akhirnya aku putuskan untuk mencoba menolongnya semampuku tanpa
mengharapkan apapun darinya, Aku yakin aku bisa membantunya berbekal
pada pengalamanku selama ini.

Aku kirim SMS kepadanya, “Wi, Sepertinya masalah kamu agak kompleks,
Kalau sempat, bisa tidak nanti pulang kerja kita cari tempat yg enak utk
mengobrol?”
5 menit aku tunggu belum ada jawaban juga, Aku jadi tegang sendiri,
jangan-jangan dia marah, karena aku dianggap kurang ajar, Tapi untunglah
tak lama HPku bergetar 2x pertanda SMS masuk, Aku langsung lihat
pengirimnya Dewi, aku baca isinya.
“Boleh, tapi jangan di tempat sepi ya.., kata nenek itu berbahaya”
Aku tersenyum membaca balasannya yang sedikit bergurau, lalu aku balas
kembali,
“Wi, jangan salah tangkap ajakanku ya.. aku cuma tidak enak saja kalau
kita terlalu mencolok, karena kamu istri orang & aku suami orang juga”

Singkat kata Pukul 5 sore kami janjian ketemu di sebuah rumah makan yang
nyaman di daerah Jakarta timur, Suasana rumah makan yang agak temaram
menambah rileks obrolan kami, Sambil makan kami melanjutkan obrolan kami
yang tadi siang, Aku utarakan kesimpulan sementaraku bahwa ada kurang
sentuhan di area vaginanya, aku sarankan agar nanti malam mencari titik
tersebut dan jika sudah ketemu aku suruh Dewi meminta kepada suaminya
untuk menekan lebih kuat saat hubungan intim, Dewi mengangguk mengerti.

“Menurut Bapak, apakah body saya cukup bagus?”
Tiba-tiba saja Dewi bertanya seperti itu. Aku kaget mendengarnya,
berarti kemungkinan Dewi kurang percaya diri dengan tubuhnya, dan
menurut yang aku tahu ini sangat berbahaya untuk meraih orgasme.
“Wi, dalam sebuah hubungan intim, Jangan merasa body kamu jelek atau
vagina kamu tidak wangi atau buah dada kamu jelek atau apa saja yang
menurut kamu negatif, itu faktor yang sangat penting dalam meraih
orgasme, Ingat Wi, kalau tubuh kamu tidak bagus kan tidak mungkin suami
kamu mau mencumbu kamu, dan mau berhubungan dengan kamu!”
“Justru kamu harus berfikir bahwa wajah dan tubuh kamu sangat bagus,
buktinya suami kamu minta melulu, kan?”
“Tapi, saya tidak nyaman dengan perut saya yang tidak ramping”
“Wi, yang lebih gendut dari kamu banyak, ingat itu, lagian menurutku
perut kamu tidak terlalu gendut, Biasa saja!” jawabku tegas.
“Pokoknya malam ini, kamu coba untuk menghilangkan rasa tidak percaya
diri kamu, dan saat ada sentuhan nikmat yang kamu bilang tidak berujung,
suruh suami kamu menekannya lebih kuat, itu saja dulu, besok aku tunggu
kabarnya!”
Aku jadi terkesan menyuruh, mungkin karena dikantor Dewi bawahanku,
sehingga menjadi kebiasaan. Karena waktu sudah menunjukan jam 19.00 kami
pun pulang ke rumah masing-masing, aku antar Dewi sampai tempat dia
biasa menunggu angkot.

Keesokan paginya, Aku baru saja ngopi dan HP baru aku aktifkan, Sudah
ada pesan dari Dewi, bunyinya singkat, “Belum berhasil, Pak!”.
Aku lihat dikirim jam 23.10 malam, berarti kemungkinan Dewi mengirimnya
saat baru selesai berhubungan dengan suaminya.
Sampai dikantor aku baru membalas SMSnya.
“Memang kenapa?”
Tak lama Dewi pun membalasnya.
“Tidak tahu kenapa, apa nanti sore kita bisa ketemu lagi, Pak?, saya
merasa nyaman mengobrol dengan Bapak.”

Aku berfikir tentang arti pesannya, Apakah dia mengajakku selingkuh?
Atau hanya perasaanku saja? Atau memang dia hanya ingin mengobrol saja?
Sebagai lelaki jelas aku tidak mungkin menampiknya, Sorenya kami janjian
di tempat yang kemaren, dan ungkapan Dewi yang jujur sangat mengagetkanku.
“Pak, terus terang, keinginan saya untuk meriah orgasme jadi tambah
kuat, tapi herannya malah saya inginnya dari Bapak, Entahlah saya yakin
sekali saya bisa meraihnya bersama Bapak”
Jantungku terasa berhenti berdetak mendengarnya, belum selesai aku
menenangkan pikiranku, Dewi kembali melanjutkan pembicaraannya.
“Tapi bukan berarti saya ingin berhubungan dengan Bapak lho, saya hanya
ingin tahu kenapa perasaan saya begini?”
Aku hanya diam, namun aku mengambil kesimpulan dalam hati bahwa
kemungkinan Dewi terkesan dengan aku karena aku atasannya, bisa saja dia
tanpa sadar kagum dengan cara kerjaku, atau apalah yang berhubungan
dengan pekerjaan, Karena kalau secara fisik tidak mungkin, jauh lebih
ganteng dan atletis suaminya dari pada aku.
Namun hal ini tidak aku ungkapkan kepadanya.

Suasana hening diantara kami beberapa saat, tapi tiba-tiba saja tangan
Dewi meraih tanganku,
“Pak.” Hanya itu yang keluar dari mulutnya
Tatapan mata kami beradu, Aku melihat ada gairah disana, Aku balas
meremas jarinya, Sentuhan halus kulitnya terasa menimbulkan
percik-percik gairah di antara kami, Akhirnya aku beranikan diri untuk
mengajaknya,
“Wi, Bagaimana kalau kita diskusi langsung dengan praktek untuk meraih
orgasme kamu?” suaraku terasa agak bergetar, mungkin agak canggung.
“Terserah Bapak deh” jawabnya manja sambil mencubit tanganku.

Pucuk dicinta ulampun tiba, aku segera membayar makanan kami dan
langsung menuju hotel, sepanjang jalan ke hotel, jari-jari kami saling
bertaut mengantarkan kehangatan ke jiwa kami, Dan setelah sampai di
kamar hotel yang asri, Kami lamgsung mulai.. Meskipun awalnya agak
canggung, Namun akhirnya kami dapat menikmati semuanya,

Masih dalam keadaan berpakaian, aku memeluk tubuh Dewi yang padat, bibir
kami saling melumat lembut, kadang lidah kami saling kait dan saling
dorong, sehingga gairah di dada kami semakin membuncah, Satu per satu
pakaian kami bertebaran dilantai, seiring dengan nafsu kami yang semakin
menggebu, Kini Seluruh organ tubuhku bekerja untuk memenuhi hasrat Dewi,
aku rebahkan tubuh mulusnya di ranjang, sungguh pemandangan yang indah
dan mendebarkan, dengan kulit tubuh yang putih bersih kontras dengan
bulu-bulu halus dipermukaan kulitnya apalagi di kemaluannya yang begitu
lebat menghitam. Aku langsung mengelus buah dadanya yang padat dengan
lembut, sementara mulut dan lidahku menciumi dan menjilati centi demi
centi tubuhnya tanpa terlewati,
“Tubuh kamu bagus sekali, Wi!” Aku mencoba memberinya rasa percaya diri.

Sementara Jilatanku sudah sampai pada vaginanya, aku sibakkan bulunya
dengan lidahku, aku kemut lembut klitorisnya, kadang lidahku menusuk
langsung vaginanya, Jari-jariku ikut membantu memberi kenikmatan dengan
memilin-milin puting buah dadanya yang semakin mencuat, Sehingga membuat
Dewi mengerang dalam nikmat, Sementara Dewi pun tidak tinggal diam, dia
balas mengelus dadaku, kadang ujung dadaku di pilinnya, Tangan yang
satunya lagi meremas-remas dan mengocok senjataku sehingga semakin
meregang kaku dalam genggamannya, Yang aku yakin berdasarkan ceritanya
pasti punyaku lebih besar dari pada punya suaminya, Gairah yang
membuncah didadaku membuat aku lupa bahwa aku punya tugas untuk
mengantarnya meraih orgasme.

Tubuh kami berguling-guling dikasur saling memberikan rangsangan dan
kenikmatan, hingga akhirnya Dewi sendiri yang tidak tahan dan mengambil
inisiatif, dia langsung mengangkangi tubuhku, dan langsung memegang
senjataku untuk dibimbing kedalam liang surganya, Perlahan, centi demi
centi, senjataku memenuhi rongga vaginanya berbarengan dengan rasa
nikmat dan hangat disenjataku, Cengkraman vaginanya yang begitu kuat
terasa mengurut senjataku, Dewi terus menggoyangkan pantatnya yang bulat
padat, Tanganku memilin kedua putingnya, butir-butir keringat mulai
membasahi tubuh kami berdua, tak lama Dewi berteriak histeris dan
menggigit pundakku, tubuhnya mengejang kaku, dan wajahnya agak memerah
melepas orgasmenya,
Aku berhasil mengantarnya meraih orgasme, Tubuhnya diam sejenak diatas
tubuhku.
“Terima kasih, Pak” ia mencium keningku.
“Saya masih mau lagi” ucapnya serak.

Sungguh diluar dugaan, mungkin karena baru kali ini dia meraih orgasme,
Dewi begitu liar, hanya beberapa detik, tubuhnya mulai bergoyang diatas
tubuhku, Dan anehnya lagi, Hampir disetiap gaya Dewi bisa meraih
orgasmenya begitu cepat, Mungkin ada 6 kali dia sudah orgasme tapi dia
belum puas juga, sementara aku sendiri bersusah payah menahan orgasmeku,
Aku benar-benar ingin memuaskan dahaganya, Apalagi saat gaya doggy,
sambil meremas buah pantatnya yang bulat, aku benar-benar tak kuat lagi
menahan semprotan dalam spermaku, sentuhan buah pantatnya di pangkal
senjataku menambah sensasi tersendiri.

“Wi, aku mau keluar, di dalam atau di luar?” sambil aku mempercepat
kocokanku.
“Di dalam aja Pak, cepat sodok yang kuat!” erangnya.
Akhirnya Seluruh tubuhku bagai tersetrum nikmat, aku melepas orgasmeku,
menyemburkan cairan hangat ke dalam kemaluan Dewi yang telah basah
berbarengan dengan kedutan-kedutan kecil hangat dari dalam liang vagina
Dewi.
Yah, kami orgasme berbarengan, Sungguh nikmat sekali.

Waktu sudah menunjukan pukul 9 malam, namun Dewi kelihatannya belum puas
juga, aku sampai bingung sendiri, biasanya istriku sekali orgasme tidak
bisa lagi orgasme, Namun memang pernah aku baca ada wanita yang seperti
Dewi.

Akhirnya waktu jualah yang harus memisahkan kami, kembali ke kehidupan
nyata, Aku dengan istriku dan Dewi dengan suaminya, Namun sejak saat itu
hubungan kami semakin hangat membara, Ada satu kelebihan Dewi yang tidak
bisa aku lupakan, Vaginanya sangat mencengkram meskipun sudah puluhan
kali kami berhubungan, Pernah aku Tanya katanya dia sering minum jamu,
Dan Dewi sendiri pun jelas sangat membutuhkan orgasme dariku, Karena
terakhir cerita dia belum bisa meraih dengan suaminya, entahlah sampai
kapan..


0 komentar:

Pengunjung :

Jumlah Pengunjung Sejak 13 September 2008 :
Website counter
Tolong tinggalkan pesan di kolom pesan pengunjung ya

My Friend online :

Lintas Berita News :